III

„Aku kepunyaan kekasihku,
dan kepunyaanku kekasihku,
yang menggembalakan domba
di tengah-tengah bunga bakung.“
Kid.6:3

 


 

13 PEMELIHARAAN BAPA

Buku Doa yang digunakan di Sinagoge orangtua saya berbunyi:

Pada mulanya Allah hanya menciptakan seorang manusia di muka bumi, hal ini mengajar kita, bahwa setiap orang yang menyebabkan seseorang mati, ia telah menyebabkan ‘seluruh bumi’ mati, dan dan jika oleh seseorang seorang lain diselamatkan Alkitab berkata, ia telah menxyelamatkan ‘seluruh bumi,!“

Perjanjian baru juga mengajarkan nilai manusia yang sangat mahal. Kasih Yesus sedemikian besar, sehingga Ia telah rela dan akan rela menderita, seandainya itu demi menebus seorang sajapun dari dosa. Tuhan telah mengajarkan pada saya, bahwa mengasihi seseorang di muka bumi ini dengan kasihNya yang besar adalah suatu karunia. Maka ketika saya meninggalkan anak-anak saya, saya berdoa. Saya tahu bahwa jika dalam kenangan hidup ini, saya dapat membawa seseorang bertelut di kaki sang Penyelamat, segala airmata yang dicurahkan oleh karena kesedihan ini akan berharga bagiMu.

Pada saat saya berdoa, saya tidak  mampu memformulasikan kata demi kata, sebab nampaknya hal itu bagiku bagaikan impian belaka. Saya telah mengalami enam bulan di „lembah“ dimana „dosa tersembunyi“ – „rubah-rubah yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur“– (Kid.2:15)–tersingkap oleh penyelidikan Tuhan.Saya harus kembali ke Amerika dan satu demi satu pintu tertutup. Sebagaimana kisah Hiob, teman-teman saya melihat hidup saya terbaring dalam debu, dan mereka mulai meyakinkan saya bahwa sayalah yang salah! Hal yang meyakinkan saya bahwa Tuhan tidak akan memakai saya. Namun Ia mendengar doa yang dibisikkan dalam hati kita.

Hari pertama perjalanan saya, dalam perjalanan menuju Indiana saya berencana untuk singgah di Ohio. Tuhan telah menyiapkan $16.00 untuk biaya penginapan, sebab di sana saya tidak punya kenalan untuk menginap. Sebelumnya Dave, suami Marcia telah menolong saya untuk mempelajari peta perjalanan saya, maka sesuai dengan keputusan kami, saya memasuki Jalan Tol. Sejak saya menyerahkan perjalanan tersebut di tangan Tuhan, segera saya tahu mungkin saja Tuhan punya rencana lain.

Kasihan mobil saya, sebab ternyata Jalan Tol itu sangat tua bahkan berlobang-lobang. Tiba-tiba saya merasa digerakkan untuk memasuki jalan lain yang nampaknya tidak logis. Jalan itu menuju ke Barat sedang saya ingin mencapai bagian Tenggara. Saya merasa bahwa saya harus taat (Untung saja lobang-lobang tersebut telah memaksa untuk taat.)!

Setelah sehari perjalanan, saya melihat tanda arah menuju sebuah Motel dan saya Tuhan bahwa itulah tempat yang Tuhan kehendaki buat saya. Sewa Motel tersebut hanya $12,95 termasuk sarapan pagi, berarti saya masuk punya cukup uang pembeli makanan siang.

Saya menikmati malam itu sendirian dengan menulis beberapa surat, berdoa dan istirahat. Keesokan harinya Yesus membangunkan saya, sebagaimana biasa dan saya begitu terperanjat, karena saya terbangun lebih lama dari yang saya rencanakan. Cepat-cepat saya mengganti pakaian, mengepak barang-barang dan buru-buru menuju ruang makan. Seorang lelaki tua pada saat yang bersamaan meninggalkan kamarnya dan menyapa saya dengan amat ramah „Selamat Pagi! Hari ini sangat cerah bukan?“ Kami berbincang-bincang sejenak dan beliau menayakan apakah saya akan sarapan sendirian. Yesus mempersiapkan jawaban saya, bahwa perjumpaan itu bukan kebetulan!

„Saya tidak makan sendirian! Saya punya Tuan yang mendampingi saya!“

Lalu beliau bertanya, apakah saya seorang pejabat„Oleh Tuhan!“ jawab saya.

„Sarapan pagi ini pasti akan menarik bolehkah saya menggabungkan diri?“

Saya menyambutnya dan berdoa minta hikmat Tuhan. Ketika saya menceritakan tentang kasih Tuhan, beliau mendengar dengan tekun. Beberapa menit kemudian beliau mulai bercerita. Beliau menceritakan bahwa beliau adalah seorang anak pendeta dan pernah mengundang Yesus menjadi pemimpin hidupnya.

„Namun itu sudah lama sekali,“ sambungnya. „Saya menginginkan untuk kembali mengikuti jalanNya, namunhidup saya telah berlumuran dosa dan saya tidak yakin bahwa saya siap untuk meninggalkan semua itu. Bahkan saya tidak yakin apakah Tuhan masih akan mengampuni saya seandainya saya bersedia melepaskan semua itu!“

Saya menjelaskan padanya, bagaimana Tuhan telah memimpin saya ketempat itu.

„Pertemuan kita pagi ini bukanlah suatu kebetulan. Itu adalah suatu bukti akan kasihNya yang begitu besar buat anda. Ia tidak meminta anda untuk berubah dalam satu hari. Ia hanya mengundang, ‘Mari peganglah tangan Saya, dan kita akan berjalan bersama-sama.’“

Setelah sarapan saya bertanya, apakah beliau siap menerima pengorbanan Yesus buatnya, jawabnya ja, lalu kami berpegangan tangan dan berdoa. Yesus telah menjamah dia dengan kasihNya yang penuh pengampunan sehingga pada pagi itu ia berangkat dgn suatu pembaharuan darui Tuhan. Demikian seringnya dalam jalan Tuhan kita menerima pertolongan dan menyalurkannya! Saudara saya yang baru itu berkata, „Tadi malam ketika saya dalam Lift saya melihat seorang wanita. Saya yakin beliau adalah seorang Pelacur, seandainya hal itu benar tentulah saya harus membayarnya $20.00. Hari ini saya telah memulai untuk berubah jalan, terimalah uang ini untuk meneruskan pelayanan Anda!“

Saya kembali ke kamar saya dan membiarkan air mata kesukaan saya bercucuran. Itu baru hari pertama perjalanan saya, namun Tuhan telah menjawab doa saya. Ia telah memakai saya membawa seseorang padaNya.

Kebaikan Tuhan meliputi saya. Ia telah mengangkat saya dari lembah ke puncak  gununga dan sejak itu hati saya bersorak-sorai. Tuhan, Yang Maha Kuasa, senagt melakukan perbuatan besar bagi anak-anakNya, bahkan bagi mereka yang kecil sekalipun.

Saasaran saya berikutnya adalah sebuah kota kecil di Indiana dekat perbatasan Kentucky. Saya singgah di sana dua malam di rumah Om dan Tante ipar saya.

Saya merasakan sambutan hangat mereka pada saat saya melangkah melewati pintu masuk rumah mereka. Mereka memperlakukan saya sebagai tamu terhormat, bukan sebagai orang asing, walaupun sebenarnya saya asing bagi mereka. Saya segera merasa at home.

Malam pertama saya mendengar Spencer dan Evelyn bernyanyi buat saya. Mereka adalah penyanyi rohani yang luar biasa dan telah menyelamatkan banyak jiwa melalui pelayanan mereka di jalanan. Mengherankan sekali, Gereja setempat telah melarang mereka dalam penginjilan itu. (Kristen tradisional, sering lupa bahwa tujuan terpenting adalah membawa jiwa „pada kepenuhan pengenalan akan Kristus.“) Kami berbincang-bincang tentang banyak hal sampai larut malam sebelum kami beranjak ke tempat tidur!

Keesokan harinya mereka mulai menyanyikan sebuah lagu ciptaan Spencer. Sebuah lagu yang amat menyedihkan tentang kematian seorang anak kecil. Ketika saya menanyakan hal itu pada mereka, mereka menceritakan bahwa satu-satunya anak mereka telah meninggal setelah lahir, dan mereka tidak bisa mendapat anak lagi.

Ketika saya mendengarkan lagu itu, Tuhan menjelaskan situasi itu pada saya. „Spencer sangat mencintai anak itu dan ketika bayi itu meninggal ia sama sekali tidak mengampuniKu. Hal itu terjadi 27 tahun yang lalu, dan oleh karena ia tidak meletakkan hal itu di tanganKu, beban berat dan kesedihannya dia pikul hingga hari ini.“ Saya merasakan kekosongan hatinya.

„Spencer, saya tahu dari Tuhan, engkau harus mengampuniNya atas kematian anak perempuanmu. Yesus rindu memenuhimu dengan kasih dan damaiNya, namun hal itu tidak mungkin selama engkau memendam kepahitan itu dalam hatimu.“

Beliau membenarkan hal itu dan sementara kami berdoa, Yesus memenuhi hatinya dengan damaiNya yang luar biasa.

Kemudian hal yang benar-benar luar biasa terjadi. Oleh karena Roh Allah kami dijadikan satu keluarga! Ia mengambil orangtua tanpa anak dan seorang „anak“ dalam Tuhan yang membutuhkan orangtua, itulah yang mempersatukan kami! Ia menyatukan hati kami dan kasih kami satu sama lain begitu dalam dan nyata seolah-olah saya telah mengenal lama mereka. Ketika saya meninggalkan mereka pada hari berikutnya, muncul rasa kesedihan akan perpisahan, namun pada saat yang sama disertai dengan sukacita khusus ketika saya memeluk Ibu dan Ayah baru saya, sebelum saya meninggalkan mereka!

Walaupun untuk beberapa bulan lamanya saya tak melihat keluarga baru saya itu, namun kasih yang  memadukan kami tidak akan terputuskan. Kasih itu bertumbuh hari demi hari. Surat Ibu selalu menjadi berkat dan menguatkan.

Malam berikutnya saya mengunjungi sebuah persekutuan di Ohio, kemudian saya lanjutkan perjalanan saya menuju Falls Creek, satu kota kecil lainnya di pusat Pensilvaia.

Saya yakin bahwa saya akan selalu dapat mengenangkan persekutuan di Fall Creek, persis seperti pada saat pertama kali melihat mereka. Dorothy menyambut saya di pintu dan memeluk saya serta menuntun saya menuju ruang tamu yang besar dan nyaman dipenuhi oleh kursi-kursi. Ia memperkenalkan suaminya yang sedang duduk dengan seorang cucu dipangkuannya. Saya juga bertemu dengan putrinya Linda yang manis, yang sedang sibuk di dapur, dan semua yang hadir. Dari permulaan, saya merasa seolah-olah telah mengenal mereka semua sepanjang hidup saya. Penyambutan mereka itu membuat saya merasa benar-benar tidak asing diantara mereka.

Tepat jam 20 semua sudah berkumpul di ruang tamu dan siap mendengar apa yang akan saya sampaikan. Mereka tidak tahu, bahwa sepanjang hari itu antara saya dengan Tuhan telah terjadi tawar menawar atas satu tema! Ia dengan jelas menghendaki agar saya membagikan tentang perpisahan saya dengan Joey dan Mike. Saya tidak pernah ingin menceritakan hal itu pada siapapun. Saya tidak mampu memikirkan hal itu. Luka itu masih begitu segar. Setiap kali saya mohon agar Dia merubah tema, tetapi Dia selalu menjawab „ Itulah kisah tentang kasih saya dan kekuatan dalam hidupmu.“

Maka dengan taat saya mulai bersaksi termasuk kepedihan dalam hidup mengikut Dia. Saya hanya menceritakan sebagian saja sebab keesokan harinya saya masih harus berbicara.

Tidak jarang saya melihat senyuman, setiap kali saya menceritakan prinsip-prinsip tertentu yang diajarkan Tuhan pada saya. Oleh karena saya sudah terbiasa dikritik, saya  jadi ragu apakah mereka benar-benar sependapat dengan saya! Baru setelah saya selesai, mereka menceritakan pada saya bahwa Tuhan telah meneguhkan ajaran Tuhan pada mereka melalui kesaksian saya.

„Kami telah belajr menderita bagi Yesus, dan kami menginginkan penyerahan hidup yang total,“ jelas Dorothy, yang lainnya  mengangguk. „Maka kesaksianmu meneguhkan kami, bahwa kuasaNya adalah nyata dan tak ada yang lebih berharga daripada mengikuti Dia ke mana Dia memimpin kita. Baik menelusuri lembah maupun mendaki puncak gunung!“ Ketakutan saya akan penolakan lenyap sama sekali dan saya mengerti, bahwa saya sendiri masih perlu belajar percaya lebih dalam.

Setelah berdoa, kami semua menuju dapur untuk sejenak berbincang-bincang sambil minum Kopi dan makan biskuit. Banyak cerita-cerita lucu, sampai seorang bapak tertawa terbahak-bahak dan terduduk diatas piring kue!

Sore-sore keesokan harinya, sementara jam doa, Tuhan bertanya, „Apakah engkau malam ini siap untuk menyaksikan perpisahan itu tanpa kekuatanKu?“ Saya sama sekali tidak mengerti maksudNya, sebab saya belum menyadari pertolonganNya. Namun dengan hati yang berat saya meletakkan waktu itu ke tanganNya.

Malam itu saya merencakan untuk memulai tentang doa atas Lilin Sabat, sebab hari itu hari Jumat malam. Setelah Puji-pujian dan penyembahan, mereka kembali mengarahkan perhatian pada saya. Saya bertelut dekat meja Kopi untuk mengucap syukur, tiba-tiba kuasaNya lenyap. Dengan susah payah saya teruskan bersaksi.

„Kemarin malam saya menceritakan tuntutan Tuhan, apakah saya lebih mengasihiNya daripada kedua anak-anak saya. Ketika saya menceritakan hal itu, rasanya tidak begitu berat, sebab kuasa Tuhan menyertai saya. Malam ini, tanpa kuasa itu, kalian hanya melihat seoarang ibu yang menangisi anak-anaknya.“ Sementara itu saya tidak mampu lagi berkata-kata. Tanpa pertolonganNya, mustahil saya sanggup untuk mengatasi kesdeihan yang menghanyutkan dan perasaan kehilangan yang menyengat batinku.

Setelah beberapa detik, Ia menguatkan kembali. Seolah-olah dengan lemah lembut tanganNya telah menghapus air mata saya.

Tanpa sepengetahuan saya, Roh kudus telah bekerja keras melalui kesaksian itu, menyentuh hati mereka yang masih ragu dalam penyerahan total padaNya. Mereka telah menyaksikan di depan mata mereka sendiri tentang perbedaan yang sangat kontras, bahwa hanya dengan pertolonganNya kita dapat mengatasi segala sesuatu.

Malam itu saya tentu belum dapat melihat hal itu, namun pengalaman itu telah menolong saya. Suatu pengalaman nyata yang belum pernah saya alami sebelumnya tentang pengenalan akan kuasaNya. Sementara saya berada di Israel demikian juga setelah saya kembali ke Amerika saya tidak menyadari kekuatanNyalah yang memampukan saya. Baru setelah Ia mencabut kuasa tersebut, saya belajar untuk tidak menganggap hal itu wajar-wajar saja.

Setelah doa-doa penyerahan yang dalam, kami kembali lagi menuju dapur. Tuan rumah tidak tahu bahwa saya hanya punya uang sembilan Dollar tiba di Falls Creek. Keadaan keuangan saya tentu Tuhan tahu. Saya sedang duduk di sisi meja dapur ketika Dorothy menyodorkan sebuah keranjang kecil yang kosong pada saya. „Pegang!“, katanya. Dengan terheran-heran saya melihatnya menumpahkan kantung besar berisi uang recehan. „Saya telah menabung uang recehan sepanjang tahun ini, untuk suatu malam kesaksian. Minggu lalu saya bertanya pada Tuhan mau buat apa saya dengan uang itu. Pagi ini Dia berkata, bahwa itu adalah buatmu“, jelas Dorothy.

Semua bertepuk tangan. Dengan senyum suaminya menyalamkan dua buah cek dari persekutuan itu ketangan saya. Biasanya kami memberikan $75.00 bagi setiap pembicara, ucap Bill. tetapi kemarin kami sepakat untuk mengambil sebuah cek lagi buatmu dan cek yang kedua ini bernilai $40.00.

Kemudian semua tersenyum. Nampaknya Tuhan telah berbicara pada masing-masing mereka untuk memberikan sejumlah uang tertentu sebagai tambahan pada apa yang telah mereka sediakan sebagai persekutuan. Dalam sekejap mata, tangan saya penuh dengan cek! Saya hampir tidak mempercayai pandangan saya!

Saya tahu bahwa bagi mereka adalah berkat besar jika mereka tahu betapa pentingnya langkah ketaatan mereka itu! „Saya tiba di sini dengan uang hanya sembilan dollar,“ jelas saya pada mereka. “Tuhan tidak menghendaki kita meminta uang pada orang, maka saya hanya tahu bahwa Ia akan menolong saya. Namun saya tidak pernah bermimpi sepanjang masa bahwa hampir dengan tangn kosong saya tiba dan sesuadah dua hari saya akan berangkat dengan sekeranjang uang!“

Demikianlah dua hari itu menjadi kenangan indah.

Bagi mereka yang belum mengenal jalan Tuhan, menerima uang dari orang lain adalah aneh dan asing bagi dunia. (Bertahun-tahun saya telah belajar, bahwa jalan Tuhan selalu luarbiasa!)

Bagi saya, hidup dari iman adalah proses belajar langkah demi langkah. Biasanya segera setelah Tuhan menyingkapkan kasihNya pada saya, mata saya dibukakan untuk melihat betapa Bapa jauh lebih menghiraukan kebutuhan saya. Anak-anak saya dan saya sendiri telah sering melihat kesetiaanNya, khususnya ketika kami di Israel. Tetapi suatu hari Tuhan secara langsung berbicara pada saya. Ia membangunkan saya pagi-pagi benar dan bertanya, „Ketika engkau masih anak-anak, apakah engkau bangun setiap pagi dengan keraguan bahwa orangtuamu akan memberimu makanan, pakaian dan menyuruhmu melakukan sesuatu?“

Pertanyaan itu sangat tak masuk akal sehingga saya hampir menertawakannya. Ketika anak-anak, sedetikpun saya tidak pernah memikirkan hal itu. (Saya gembira karena saya tidak harus memikirkan hal itu.) Saya bangun setiap pagi tanpa beban pikiran , secara otomatis sarapan pagi pasti sudah siap di atas meja dan pada waktu yang tepat ibu saya akan memberangkatkan saya ke sekolah. Bahkan saya tidak pernah berpikir tentang sepasang sepatu baru atau baju panas buat musim dingin. Orangtua saya telah menyediakan semuanya. maka saya mengambilnya wajar-wajar saja. Maka saya tahu, tidak perlu takut bahwa Tuhan akan bertindak.

Lalu Ia berkata kepadaku, Akulah yang menciptakan langit dan bumi, dan kamu tidak mempercayai saya lebih dari kedua orangtuamu!“

Ketika Ia mengajarkan hal itu begitu jelas, nampaknya memang lucu jika saya masih lebih mempercayai orangtua saya daripada Dia. HikmatNya adalah kekal dan kasihNya begitu besar, dan saya masih belum belajar mempercayaiNya dalam hal-hal yang mendasar. Pagi itu saya membaca kembali kata-kata Yesus dalam kitab Lukas dan untuk pertama kalinya saya mengerti bahwa firman itu bukan hanya sekedar ungkapan-ungkapan indah. Saya yakin yang Ia maksudkan adalah hurufiah dan bukan hanya untuk masa lampau melainkan bagi kita masa kini.

"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai.

Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian.
Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian diberi makan oleh Allah. Betapa jauhnya kamu melebihi burung-burung itu! Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya?  Jadi, jikalau kamu tidak sanggup membuat barang yang paling kecil, mengapa kamu kuatir akan hal-hal lain? Perhatikanlah bunga bakung, yang tidak memintal dan tidak menenun, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi, jika rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api demikian didandani Allah, terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang percaya! Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu. Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu.
Lukas 12: 22-31

 Sebagaimana ucapan George Muller, Tuhan bahkan memperhatikan burung pipit. Dalam Mateus 10:29, dan Luk.12:6, Yesus berkata:

Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu.

 Dan dalam Lukas 12:6,Yesus berkata:

Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah,

 Artinya, harga sepasang burung pipit sebenarnya hanya 1 duit, tetapi kalau dibeli dua pasang (menjadi dua duit), sipembeli secara otomatis dapat tambahan satu ekor lagi menjadi 5 ekor. Hal yang menunjukkan betapa murahnya seekor burung pipit, namun Tuhan memperhatikan burung tambahan yang nilainya hanya tergantung pada keempat burung lainnya itu.

Perjalanan ini adalah merupakan permulaan dari langkah iman saya. Syarat-syarat dasarnya begitu sederhana tetapi kuat. Saya tidak boleh menceritakan kebutuhan saya kepada seorangpun melainkan hanya padaNya. Saya harus mengikuti pimpinanNya hari demi hari. Saya harus tetap menaati kehendakNya. Saya harus mengharap kepadaNya dalam segala kebutuhan saya –tetapi kebutuhan itu tentunya diukur dari pandanganNya. (Saya telah belajar dari kisah Maleakhi untuk tidak berdoa dengan hikmat sendiri, melainkan sesuai dengan kehendakNya yang membangun iman.) Saya juga belajar bahwa memberi adalah suatu hal yang sangat mendasar dan sangat penting dalam hidup beriman. Tuhan mengajarkan pada saya bahwa konsep memberi persepuluhan  – yaitu memberi persembahan sepersepuluh dari pendapatan untuk pekerjaan Tuhan – adalah ukuran yang paling minimum; sebab segala sesuatu yang saya miliki adalah kepunyanNya dan segala sesuatunya harus digunakan sesuai dengan kehendakNya.

Saya segera dapat mempelajari, bahwa jika kita berjalan dalam pusat kehendakNya kita akan dipenuhi denagan suka cita dan berkat-berkatNya tidak akan berkeputusan!

Saya mulai menyadari bahwa Tuhan memanggil saya untuk melayaniNya sebagai full timer. Semula jika orang bertanya tentang pekerjaan, saya bereaksi dengan malu dan menjawab dengan bingung. Dengan hati-hati saya menjelaskan bahwa saya sebenarnya sarjana pendidikan, tapi sekarang......hmmm.......,saya melayani Tuhan sebagai fulltimer..“Tetapi Tuhan berurusan dengan itu juga. Satu hari setelah saya sedemikian diplomatis memberi jawaban seperti itu, saya merasakan kesedihan hatiNya ketika Ia dengan tegas berkata pada saya: „Engkau tidak perlu malu-malu melayani Saya. Saya adalah Tuhan dari segala tuan, Raja dari segala raja, dan tidak ada pekerjaan yang lebih bernilai dari itu di muka bumi ini!“

Saya hanya bisa menghapus air mata penyesalan saya, sebab sejak saat itu saya menyadari hal itulah yang benar. Maka sayapun tidak lagi berbelit-belit. Di lubuk hati saya, saya tahu bahwa kesempatan untuk melayaniNya sebagai full timer adalah suatu Anugrah menjadi hamba dan sahabatNya.

Konsep tentang pemenuhan kebutuhan kita sehari-hari memang sulit untuk dijelaskan. Hal itu dimulai pada waktu Musa, dimana Tuhan dengan sangat teliti dan hati-hati menjelaskan rencana dan peraturan-peraturanNya bagi umat Israel. Melalui Harun orang Levi diasingkan untuk melayaniNya di „Kemah Pertemuan“. Dia juga menjelaskan pada mereka agar semua persembahan persepuluhan bangsa Israel, baik itu berupa uang, hasil pertama buah-buahan, minyak yang tebaik harus menjadi warisan mereka. Maka allah berbicara kepada Harun:

TUHAN berfirman kepada Harun: "Di negeri mereka engkau tidak akan mendapat milik pusaka dan tidak akan beroleh bagian di tengah-tengah mereka; Akulah bagianmu dan milik pusakamu di tengah-tengah orang Israel.
Bil. 18 : 20

Dan seterusnya Ia menjelaskan tentang sepersepuluh dari perpuluhan tersebut pada mereka!

"Lagi haruslah engkau berbicara kepada orang Lewi dan berkata kepada mereka: Apabila kamu menerima dari pihak orang Israel persembahan persepuluhan yang Kuberikan kepadamu dari pihak mereka sebagai milik pusakamu, maka haruslah kamu mempersembahkan sebagian dari padanya sebagai persembahan khusus kepada TUHAN, yakni persembahan persepuluhanmu dari persembahan persepuluhan itu,
Bil. 18 : 26

Maka sejak semula Allah telah menetapkan bahwa setiap yang dipanggil untuk melayaniNya sebagai full timer adalah menjadi tanggungan bangsa Israel, tetapi mereka juga diharuskan  memberi dari apa yang telah mereka terima itu.

Hal ini mirip dengan petunjuk Yesus kepada murid-muridNya. Ia memanggil mereka untuk mencari Orang Israel yang hilang:

Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.
Matius 10: 7-10

Yesus mengajarkan bahwa berkat memberi adalah lebih baik daripada menerima. Maka semua orang yang memberi dalam namaNya akan menerima berkat daripadaNya.

Akhirnya saya mengerti bahwa pelayan Tuhan bisa saja berarti sebagai fulltimer dan itu bukan sesuatu yang memalukan melinkan kita harus bersukacita meneruskannya. Tuhan juga menyatakan pada saya bahwa Ia akan menyediakan seglanya bagiku, selama saya berjalan dalam kehendakNya dan melayaniNya. Tetapi yang menjadi kunci untuk semua itu adalah ketaatan melalui dengar-dengar atas suara hati kita. Jalan Tuhan -begitu berbeda dengan jalan Dunia- begitu indah dilukiskan dalam Khotbah Yesus di Bukit:

Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."
"Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu. Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian. Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."
"Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."
Lukas 6: 20-38

 Banyak orang kristen memberikan sepuluh persen dari kepunyaan mereka dan sudah merasa puas oleh bagian yang kecil tersebut, hal itu menunjukkan bahwa mereka hanya menyerahkan sepuluh persen dari hidup mereka pada Tuhan.

Tentu saya tidak ingin melemahkan semangat mereka yangmemberi perpuluhan sebab memberi perpuluhan bagi pekerjaan Tuhan adalah berkat besar, tetapi perpuluhan adalah nilai paling minimum dan kita harus yakin bahwa hidup kita diserahkan secara TOTAL pada Tuhan. Berulangkali dalam Alkitab Ia memerintahkan kita untuk mengasihiNya dengan sepenuh hati dan untuk tidak menyembunyikan sesuatupun daripadaNya.

Cara berpikir orang „Kristen tradisional“ sangat sulit untuk dirubah. Hanya Tuhan satu-satunya yang memanggil kita untuk melayaniNya , namun hati banyak orang telah tertutup untuk kesempatan ini.

Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."
Lukas 12: 16-21

Sukar sekali bagi orang duniawi untuk melepaskan segala-galanya dan menyerahkan diri pada Tuhan. Namun bagi mereka yang telah mengetahui dan melayaniNya, adalah risiko besar untuk tidak menaatiNya. Sebab jika kita berjalan dalam ketaatan, kita akan mengalami janji-janji pemeliharaanNya yang teguh yang tiada bandingannya dari apa yang dijanjikan oleh dunia ini!

Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."
Lukas 12: 33-34