8 „Daud Kecil“ Sebuah Sinopsis

Pada tgl.29 Agustus 1897, gerakan Zionismmus mengadakan konferensi di Basel. Konferensi yang pertama diadakan secara resmi bagi orang Jahudi setelah mereka terserak lebih kurang selama 2000 tahun. Dan hal itu didasari oleh satu visi seorang yang bernama Theodore Herzl.

Sementara Konferensi itu berlangsung, dengan berterus terang Herzl menceritakan mimpinya tentang Tanah Air orang jahudi di Palestina yang akan secara terbuka dan resmi bagi dunia. Maka sejak itu ditetapkanlah Gerakan Zionismus Sedunia. Herzl terpilih sebagai pimpinan, „Hatikvah“ (Pengharapan) sebagai lagu kebangsaan, dan bendera Israel diciptakan. Dengan sekuat tenaga Herzl bekerja keras sepanjang hidupnya untuk merealisasikan penglihatannya itu, yaitu kembali ke Tanah air, yang adalah impian segala zaman itu. Pada tgl. 3 July 1904, Herzl meninggal oleh sakit radang paru-paru dengan usia 44 thn. Namun melalui hidupnya orang Jahudi mendapat pengaruh yang sangat kuat. Mereka mulai memimpikan masa depan yang akan mereka dirikan dengan kekuatan tangan mereka sendiri!

Chaim Weizmann mengambil alih dasar-dasar yang telah diletakkan oleh Herzl. Pada thn.1914 Weizmann meminta ijin Internasional atas hak orang Jahudi untuk „mendirikan kembali Tanah Airnya di Palestina...“ Pada saat itu ia hanya sebagai seorang dosen di Universitas Manchester.

„Namun sebuah harapan telah tersedia di udara – suatu kesempatan gemilang untuk mengalihkan perhatian dan kesempatan baik atas kekuasaan. Chaim Weizmann masih muda dan tidak terikat, bebas dari masalah beban sejarah, kegagalan, kekecewaan maupun dalam hal jabatannya dalam pemerintahan. Pengharapan bangsanya yang bersemi, membangkitkan semangat hidupnya yang berapi-api. Beberapa orang muda mulai mengitarinya dan berusaha mengambil alih kesempatan gemilang yang sedang dititinya dengan memperalat cita-cita tersebut untuk merebut kekuasaan dan posisi penting dalam arena politik, sebagai orang yang berhasil mewujutkan cita-cita bangsanya dengan cara yang lain.“*

Kisah Eliezer Ben Yehuda adalah mirip dan mengagumkan. Orang yang penuh semangat untuk memodernisasikan bahasa Ibrani ini, memulai projeknya walaupun cita-cita bangsa Jahudi untuk mewujutkan kembli negerinya masih jauh dalam khayalan, sesuatu yang nampaknya tak terjangkau.

Atas inspirasi ini banyak orang Jahudi mulai kembali ke Palestina, sejarah yang melambangkan keuletan, keberanian dan keteguhan iman mereka. Keadaan waktu itu amat sulit. Pada abad-abad yang terakhir, sebagian daerah Israel hanyalah kubangan-kubangan nyamuk malaria, selebihnya padang gurun yang tandus. Banyak orang telah mati sebagai korban malaria. Tetapi setelah kubangan-kubangan tersebut dikeringkan, jalan-jalan dibangun, pohon-pohon ditanami, negri itu lambat laun kehilangan keganasannya.

Berabad-abad sebelumnya orang Jahudi di diaspora tidak mendapat kesempatan untuk mengolah tanah. Kini para imigran baru – para intelektual, pedagang, mahasiswa – dengan sukarela kembali untuk mengelolah padang gurun dan negri yang tertinggal itu. Atas kerja berat mereka itu, secara berangsur-angsur dan bersusah payah, telah menghasilkan warna kehidupan yang baru.

„Penderitaan adalah lambang bagi bangsa Jahudi yang baru ini. Mereka kekurangan uang dan obat-obatan. Mereka sering menjadi penduduk yang terisolir secara adat istiadat bahkan sangat sering terancam gangguan jiwa yang sangat membahayakan. Kadang-kadang, jika mereka kekurangan makanan, mereka harus mengorbankan binatang ternak mereka itu. Penjelasan mereka ialah: ‘Kami memang zionis, tapi lembu kami tidak.’ Penduduk baru ini ditandai dengan kesadaran akan rasa tanggungjawab moral yang dalam. Mereka berjuang tidak putus-putusnya untuk memperdebatkan tentang arti hidup mereka, tujuan tindakan-tindakan mereka, dan corak bangsa yang akan terbentuk yang sedang mereka bangun. Mereka sungguh dikendalikan oleh perdebatan sengit dan terus-menerus oleh missi mereka itu. Mereka belajar melalui pengalaman-pengalaman dan kegagalan-kegagalan mereka. Dan yang terpenting dari semua itu, mereka berusaha keras untuk membangun kembali semangat rohani mereka, suatu pembaharuan total akan kehendak bangsa.

Pada tahun-tahun yang sulit itu, yaitu dari 1937-1939, jauh lebih banyak masyarakat baru di Israel dari masa-masa sebelumnya. Tahun 1939, ada 450.000 orang Jahudi yang tinggal di Palestina. Penyelesaian, pengembangan daerah dan kekuatan pertahanan diri sendiri, adalah merupakan reaksi praktis orang Jahudi Palestina terhadap sikap permusuhan orang Arab dan kebimbangan orang Inggris. Reaksi yang diwarnai oleh kesadaran akan martabat yang mulia sebagai prinsip hidup orang Jahudi. Suatu reaksi yang memecahkan benua Eropa dengan ditandai cucuran darah pada thn.1939-1945.

Kehidupan pada  saat permulaan itu menjadi amat serius, keras, penuh rasa tanggungjawab, berbuih, dan sedikit tidak rasional, ganjil, sedikit membosankan, dan penuh dengan keyakinan. Setiap pohon pertama, jalan, pemukiman, sekolah, peppustakaan, panggung hiburan, universitas dirayakan dengan penuh kebahagiaan. Orang Jahudi akhirnya hidup dengan rasa keunikan oleh kreativitasnya sendiri.

Dan pada tanggal 31 Januari 1933 Hitler bangkit.

„Akibat fase pertama serangan Nazi, orang Jahudi telah diperhadapkan dengan tantangan demokrasi dunia yang besar yang dibalikkan dari satu posisi ke posisi yang lain... Ketika kapal yang bermuatan orang Jahudi di tolak dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain, akibatnya menyikat habis semua manusia yang dianggap sebagai serangga yang menyusahkan itu; dan hanya oleh rasa prikemanusiaan akhirnya diberi peluang bagi ratusan, sampai ribuan orang yang masih hidup untuk menginjakkan kaki di daratan dunia barat.

Imaginasi manusia belum disiapkan untuk menyadari bahwa pada abad 20 ini kekuasaan telah kembali direbut kekafiran.  Ketika dunia mulai menyadari kebebasannya untuk mengangkat senjata, hal itu sudah terlambat, tidak dapat lagi meralat yang telah terlanjur.

Ketika masa krisis ini memuncak, jumlah imigrasi menjadi menurun. Tidak ada lagi kemungkinan untuk mendapatkan visa ke luar negri. Banyak orang Jahudi melarikan diri tercerai-berai demi keselamatan jiwa mereka. Sering mereka harus dikembalikan dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain karena mereka dinyatakan imigrasi gelap, tanpa Visa. Kapal tenggelam, orang Jahudi terkubur. Banyak dari mereka yang dengan kekerasan dikembalikan ke Eropa. Dalam pernyataan Chaim Weizmann, yang berhasil datang ke Yerusalem untuk mengungkapkan fakta-fakta di depan Royal Commision Palestina pada tgl.25 Nop.1936,yang berbunyi:

‘...Enam juta manusia menemui ajal mereka, menjadi tahanan di tempat dimana mereka tidak diinginkan dan dunia menyerakkan mereka dimana mereka tidak bisa hidup dan seharusnya tidak mereka masuki. Enam juta!’

Dalam waktu delapan tahun, masalah yang timbul akibat enam juta orang Jahudi ini berakhir. Pada thn.1945 enam juta manusia ini mati.“

Kebanyakan orang saat ini mengetahui kekejian Nazi, namun hanya sedikit orang yang menyadari ketidak perdulian musuh Nazi terhadap nasib bangsa Jahudi. Negara-negara demokrasi Eropa lama tidak mengambil inisiatif atas nasib orang Jahudi tersebut, sampai yang tinggal hanya sedikit, selebihnya telah mati.

„Weizmann bersama teman-teman seperjuangannya dalam gerakan Zionismus dengan tidak mengenal lelah terus memperjuangkan usaha mereka memecahkan keheningan massa tentang pembunuhan massal orang Jahudi di Eropa. Pada tgl. 1 Maret 1943, ia mengambil tempat di Madison Square Garden di New York untuk mengumandangkan suara:

‘Apabila Sejarawan masa depan mencanangkan hari-hari kekelaman kami, maka ia akan menemukan dua hal yang mustahil: pertama, kejahatan itu sendiri; kedua, reaksi dunia terhadap kejahatan tersebut. Ia akan menguji-coba fakta-fakta tersebut berulang-ulang sampai ia sendiri harus menyerah dan menerima kenyataan bahwa, sebuah negara besar yang terlatih pada abad ke XX era kekristenan, menyatakan kuasanya sebagai pembunuh dan mentrasformasikan pembunuhan yang adalah pelanggaran hukum secara rahasia itu menjadi masalah politik secara terbuka dan menadapat pengakuan pemerintah. Dia akan menemukan sejarah tentang rumah-rumah penjagalan manusia secara besar-besaran, kamar-kamar kematian dan Kreta Api-kreta Api tertutup yang menguji kekuatan iman.

Tetapi setelah sejarawan tersebut kewalahan oleh fakta-fakta tragis itu, lalu menempatkan putusan masa depan atas penomena-penomena orang-orang biadab ini, terasa aneh dalam urutan sejarah, namun dia masih akan mendapat kesulitan oleh masalah lain. Dia akan dibingungkan oleh tanggapan kelesuan dunia yang beradab di permukaan bumi ini atas penyembelihan besar-besaran secara sistematis atas manusia oleh kesalahan pelaku itu sendiri yang adalah salah satu bagian dari manusia yang memberi perintah hukum moral terhadap sesamanya. Dia tidak akan dapat mengerti mengapa perhatian dunia harus dilecutkan, mengapa rasa simpati mereka harus dikobarkan. Bahkan dia tidak akan mengerti mengapa negara-negara merdeka bergandengan tangan menentang yang bangkit kembali, kebiadapan yang diorganisir, memerlukan seruan untuk memberi perlindungan kepada korban-korban pertama dan terutama oleh kebiadaban tersebut.

Dua juta orang Jahudi telah dilenyapkan. Dunia tidak mungkin lebih lama berdalih bahwa fakta-fakta yang mengerikan tersebut tidak nyata bagi dunia... Pada saat ini sikap simpati, namun tanpa penyertaan usaha untuk  meluncurkan tindakan penyelamatan, menjadi suatu lembah ejekan di telinga mereka yang sedang sekarat itu.

Negara-negara demokrasi punya tugas yang jelas di depan mereka. Mereka berunding dengan Jerman melalui negara-negara netral.... Membiarkan gerbang Palestina terbuka terhadap semua yang berhasil mencapai pantai tanah air bangsa Jahudi. Persatuan Jahudi Palestina akan menyambut mereka yang luput dari tangan Nazi dengan sukacita dan pengucapan syukur.“’

Sementara perputaran waktu ini, beberapa individu maupun kelompok tergerak untuk bekerja tanpa lelah untuk mencoba menyelamatkan orang-orang Jahudi dari kepunahan. Dan ada banyak kisah tentang semangat dan keuletan orang Jahudi sendiri.

 „Namun yang menjadi sumber daya terkuat muncul dari dalam diri orang Jahudi itu sendiri, dalam semangat juang mereka yang sangat optimis. Semangat iman yang sama, yang telah menolong mereka mengahadapi penganiayaan-penganiayaan dan tantangan-tantangan  berabad-abad lamanya.“

Perjuangan mempertahankan perkampungan orang Jahudi di Warschau adalah salah satu contoh akurat akan hal ini. Himmler telah memerintahkan untuk menghancurkan perkampungan tersebut dan memilih tgl.19 April 1943 sebagai hari terakhir untuk merebut perkampungan tersebut. Tetapi para pejuang pemberani-pemberani Jahudi, walaupun tanpa harapan untuk menang bahkan tanpa kekuatan perlindungan nyawa mereka, dengan keragu-raguan yang menegangkan mereka berjuang selama 28 hari melawan serangan pasukan-pasukan Jerman demi kehormatan martabat bangsanya. Komandan pasukan Jerman melaporkan pada atasannya:

„Perjuangan orang-orang Jahudi dan bandit-.bandit itu hanya bisa dipatahkan dengan dengan menggunakan seluruh tenaga dan terus-menerus siang dan malam.“

Pihak Jerman sudah terorganisir dengan pasukan-pasukan militer berpanser, sementara orang Jahudi hanya bermodalkan bom -bom buatan tangan mereka ditambah dengan puncak ketakutan mereka sampai detik-detik terakhir. Baru setelah 28 hari peperangan itu berakhir, dan sisa-sisa orang Jahudi dihancurkan.

Salah satu dari kisah yang paling menyayat hati tentang kekejian dan kekejaman yang berlangsung selama beberapa tahun itu telah dikisahkan pada acara proses pengadilan Eichmann thn.1961 di Jerusalem. Yaitu sebuah kisah tentang pengiriman convoi anak-anak dari Drancy di Perancis ke Auschwitz di Polandia. Transpotasi anak-anak tersebut berlangsung dibawah perintah Eichmann...“

 „Anak-anak akan tiba di percampingan Dracy dengan pengangkutan bus yang dikawal oleh polisi. Mereka dikumpulkan di sebuah halaman berkawat duri dibawah pengawasan peleton polisi-polisi Perancis. Pada hari keberangkatan itu mereka dibangunkan jam 5 pagi. Bingung, setengah bangun setengah tidur, kebanyakan anak-anak itu tidak mau bangkit untuk pergi menuju lapangan. Para wanita-wanita sukarelawan harus mendorong mereka dengan lemah-lembut, penuh kesabaran bahkan juga dengan tragis, untuk meyakinkan anak-anak yang lebih tua agar mereka menaati peraturan mengosongkan ruangan-ruangan itu. Dalam beberapa kasus cara tersebut tidak menolong. Anak-anak itu berteriak menangis dan tidak bersedia meninggalkan tempat tidur mereka. Maka para polisi memasuki ruangan-ruangan, mengambil anak-anak itu dengan kekerasan sementara anak-anak itu diliputi ketakutan, sambil menangis mereka saling berpelukan satu sama lain. Ruangan itu menjadi hiruk pikuk. Suasana yang terlalu menyedihkan bahkan bagi seorang pria yang paling kuat sekalipun.

Setiap convoi berisi paling sedikit lima ratus anak-anak dan lima ratus orang dewasa terpilih dari penjara. Dalam jangka waktu selama tiga minggu, yaitu dua minggu terakhir bulan Agustus dan minggu pertama bulan September 1943, empat ribu anak-anak yang dijadikan yatim-piatu itu ditransportasikan dan mati bersama-sama dengan orang-orang dewasa yang tidak mereka kenal.“

Dalam keseluruhannya, sejumlah satu setengah juta anak-anak orang Jahudi kehilangan nyawa mereka di tangan para Nazi.

 „Dimensi aksi ini sangat penting diketahui jika kita ingin mengerti penyakit mental yang menulari bangsa Jerman. Ribuan pejabat bertanggungjawab atas hal ini. Seharusnya mereka tidak dapat melakukan hal itu kecuali mereka secara diam-diam telah mengadakan persetujuan bersama. Perasaan anti Jahudi terus menerus membakar dalam perjalanan sejarah, kadang-kadang bagaikan percikan api, kadang-kadang bagaikan api yang menyala, sekarang telah meninggalkan bekas bagian yang menghanguskan yang melampaui kejiwaan manusia.“

Ketika kekejian Holocoust mulai muncul, maka semakin jelaslah bahwa Tanah Air bangsa Jahudi sangat penting bagi kelangsungan hidup orang Jahudi. Ketika fakta-fakta keseluruhan tentang penghancuran atas orang Jahudi menjadi popular di negara-negara Barat, tak satu negarapun yang mengetengahi masalah itu atas hak mereka. Kebisuan itu bisa jadi terdengar di Surga. Tak satupun masuk dalam perang sebelum keselamatan mereka sendiri terancam, walaupun fakta-fakta telah nyata jauh-jauh sebelumnya. Dan yang paling menyedihkan, bahkan tak satu negarapun yang membuka pintu gerbang mereka untuk membiarkan masuk mereka yang terluput dari mimpi buruk mereka itu. Kapal-kapal penumpang yang dipenuhi orang-orang Jahudi yang melarikan diri dari kematian itu diperlakukan sebagai „Imigran-imigran illegal“. Mereka ditranfortasikan dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain, namun pintu dunia tetap tertutup bagi mereka. Sebagian kapal tenggelam, kapal lainnya kembali ke Jerman untuk menemui „Jalan keluar terakhir“ mereka.

Segera setelah perang berakhir, orang-orang Jahudi yang selamat yakin bahwa mereka akan diterima di negara-negara lain. Mereka adalah para korban yang telah melewati kekejian manusia yang menentang satu bangsa dalam sepanjang sejarah dunia. Duapertiga dari organisasi-organisasi besar Orang Jahudi dan bersejarah di Eropa telah dibumihanguskan secara sistetamatis. Oleh karena kekejaman itu tersiar di seluruh dunia, wajarlah kalau para korban yang masih hidup tersebut mengharapkan bahwa dunia akan menyambut mereka dengan tangan terbuka, tetapi sebaliknyalah yang terjadi. Tak seorangpun yang menginginkan mereka. Sebagian besar dari mereka dipaksa untuk kembali ke tempat penampungan yang dikenal dengan nama "Penampungan Orang-orang Terlantar"  (DP-Lager) di Jerman, justru di Negara yang telah membunuh sebagian besar anggota keluarga mereka itu. Hal itu menegaskan kepada  mereka, bahwa satu-satunya tempat dimana mereka bisa hidup layak sebagaimana manusia lainnya hanyalah Palestina. Nyanyian yang dikumandangkan di Penampungan menantang mereka untuk memastikan bahwa mereka akan mendapat ijin untuk kembali ke Tanah leluhur mereka. Oleh sebab itu mereka menantikan-nantikan berita tentang kelahiran kembali Bangsa Jahudi.

Politik Inggris di Palestina sangat kejam dan semena-mena. Buku Putih dari thn.1939 hampir saja menutup sama sekali pintu  masuk bagi para Imigrasi Jahudi dari Eropa khususnya pada saat-saat yang sangat  kritis itu. Inggris dengan tegas menolak para pelarian yang telah melewati Inferno dan yang ingin masuk ke Palestina. Mereka mempertahankan bahwa tidak seorangpun Imigrasi Illegal yang boleh masuk ke Palestina. Para Imigran berada dalam kebimbangn tanpa satatus negara. Mereka tahu satu-satunya yang bersedia menampung mereka hanyalah Orang Jahudi di Palestina. Banyak pejuang yang teus berusaha memasukkan orang-orang ini secara illegal ke Tanah Palestina, tetapi Inggris mengambil tindakan untuk mengirim para Imigran Illegal itu dengan Kapal-kapal kembali ke Jerman.

Ingris sebagai suatu Bangsa tidak menyadari bahwa tindakan mereka itu adalah menantang Firman Tuhan dan rencana Tuhan bagi Bangsa Jahudi. Mulai saat itu dan seterusnya, kejayaan Kerajaan Inggris mulai lenyap dari permukaan bumi, diikuti dengan masalah-masalah nasional maupun internasional. Sebab nasib suatu bangsa adalah terletak pada ketaatan satu-satunya kepada Tuhan dan perjanjian Tuhan dari mulanya -  "Aku akan memberkati mereka yang memberkati engkau dan mengutuk mereka yang mengutuk engkau."

Akhirnya oleh karena jumlah arus manusia  yang mendesak untuk bisa masuk semakin membengkak dan politik Inggris semakin kurang disenangi dunia, maka pada thn.1947, Inggris mengajak kerjasama dengan UN.

Pada tgl.20 Nopember 1947 diadakan rapat umum UN untuk menyelesaikan permasalahan. Alternatif yang diberikan adalah: membiarkan orang Jahudi merdeka diwilayah perbatasan Palestina atau menyerahkan orang Jahudi dibawah kekuasaan Bangsa Arab.

"Pilihan kedua berarti orang Arab akan memerintah di segala tempat  dimana mereka berada - sementara orang Jahudi sama sekali tidak. Jika orang Arab hidup sebagai minoritas dibawah pemerintahan orang Jahudi, hal ini tidak akan mengganggu konsep damai bangsa Arab yang sudah terbukti dalam tujuh kota, yang dalam waktu dekat akan menjadi tigabelas kota. Sebaliknya, jika orang Jahudi Palestina lebih kecil, maka kejahudian mereka akan dihilangkan untuk selamanya. Pertemuan Internasional mengambil keputusan untuk memilih ketidak-adilan yang lebih kecil. UN sendiri juga merasa bersalah, sebab ketidak sanggupan mereka untuk mencegah kekacauan yang terjadi.."

Akhirnya pada tgl. 29 Nopember 1947 Rapat Umum UN, 33 suara lawan 13 memutuskan untuk membagi dua negara Palestina. Satu akan menjadi negara Arab baru Transjordan dan yang satunya lagi, yaitu 1/8 dari Deklarasi Balfour seharusnya adalah negara Jahudi yang pertama yang sudah dikenal sejak dua ribu tahun yang lalu.

Tidak lama kemudian Ingggris mengumumkan bahwa Mandat akan diakhiri dan mereka akan menarik tenaga pertahanan mereka dari Palestina pada tgl.14 Mei 1948.

Ketika hari yang ditetapkan semakin dekat, orang Jahudi menyadari bahwa Israel harus memperhitungkan kesiapan mereka menghadapi serbuan besar-besar dari pihak tentara Arab setelah kelahiran Bangsa Israel. Situasi nampak jelas mengaburkan. Inggris dengan tegas menolak hak-hak Orang Jahudi untuk memegang senajata maupun menyimpan senjata demi mempertahankan diri, sementara dalam waktu yang sama mereka membantu orang Arab Palestina untuk meningkatkan jumlah persenjataan mereka, ditambah lagi bahwa orang Arab dengan bebas menyerang daerah-daerah baru orang-orang Jahudi.

"Administrasi Inggris masih bertanggungjawab atas hukum dan undang-undangdi daerah Palestina. Kesempatan ini memberi peluang bagi orang Arab untuk membuat serangan-serangan dari dari pihak mereka dan dipihak lain merebut daerah-daerah pertahanan Jahudi." Sulit melukiskan, betapa terjepitnya keadaan Orang Jahudi pada Musim dingin 1947-1948. Rakyat di Palestina berada dibawah serangan orang Arab. Penguasa Inggris tidak melindungi mereka walaupun sebenarnya hal itu adalah kewajiban mereka, sebaliknya mereka melegalisir tindakan orang Arab bahkan tidak memberi kesempatan bagi Orang Jahudi untuk mempertahankan diri demi perdamaian."

Lalu, pada tgl.5 Desember 1947, kurang dari seminggu setelah keputusan Rapat Umum UN, tiba-tiba diluar perhitungan manusia, tanpa alasan yang jelas pemerintah Amerika mengeluarka Embargo penjualan senjata ke Timur Tengah. Hal ini tidak mempengaruhi negara-negara Arab, sebab mereka telah memiliki cukup persenjataan dan punya kesempatan terbuka dari pintu lain. Mereka telah membeli senjata Amerika di luar negeri seharga 37.000.000$ (tigapuluh tujuh juta dollar) dan Inggris sedang mensupply mereka. (Inggris menolak Embargo Amerika, karena "kontrak kewajiban"  mereka terhadap negara-negara Arab.) Embargo itu justru sangat merugikan Orang Jahudi. Mereka dilarang Inggris membawa senjata ke Israel dan mereka dilarang oleh Amerika demikian juga negara-negara bebas lainnya untuk pengiriman senjata bahkan untuk bahan persiapan mereka menghadapi serangan musuh demi keselamatan merekapun tidak ada.

"Orang Jahudi baru berdiri pada garis awal,  dan karena Embargo itu maka posisi mereka tetap pada garis yang sama. Amerika yang mendukung berdirinya Israel tidak setia dalam membantu untuk menjual senjata mereka kepada Orang Jahudi yang sangat mereka perlukan untuk pertahanan mereka, melainkan menahan senjata mereka."(Leonarrd Slater, The Pledge)

Kisah bagaimana senjata terkumpul dan diseludupkan ke Israel sangat mengherankan. Pada detik-detik terakhir Cekoslowakia datang untuk menyelamatkan keadaan darurat Bangsa Israel dengan memasukkan persenjataan. Namun walaupun dengan kesuksesan penyeludupan senjata itu keadaan Israel masih menunjukkan kekelabuan.

Awal thn. 1948 Yigael Yadin, Komandan Operasi Militer Haganah meneliti situasi Militer:

"Kita tidak akan mempersoalkan apakah akan terjadi serangan atau tidak, tetapi semua Informasi yang kita terima menyatakan demikian. Sikap kita atas serangan tersebut sederhana saja: seluruh tentara dan senjata kita - semuanya - akan kita kumpulkan di tempat-tempat yang akan menjadi Medan Perang pada babak yang pertama dalam peperangan.

Pada saat ini - tentara biasa negara-negara tetangga dan perlengkapan senjata mereka sedang tenang-tenang. Tetapi kita harus memperhitungkan segalanya, bukan hanya senjata lawan senjata, batalion, lawan batalion, apalagi kita sama sekali tidak punya tentara maupun Panser. Masalahnya adalah sejauh mana pejuang-pejuang kita dapat mengalahkan musuh dengan semangat perjuangan mereka, serta perencanaan maupun taktik-taktik yang disiapkan. Dalam beberapa kasus telah terbukti, bahwa bukan jumlah dan formasi yang menentukan hasil perjuangan, melainkan sesuatu yang lain. Namun demikian, secara objektif tidak diragukan lagi, kalau pihak musuh sedang menikmati kekuatan dan kehebatan mereka saat itu.

Pesawat tempur kita tidak dapat dibandingkan dengan pesawat mereka. Kita tidak punya pesawat tempur. Pesawat-pesawat kita belum tiba. Bisa jadi mereka tiba pada saat yang telah ditentukan, tapi kita tidak bisa bersandar pada hal itu. Jika tetangga-tetangga Arab mengaktifkan pesawat-pesawat tempur mereka, maka perbandingannya akan sangat menyakitkan. Pesawat-pesawat tempur mereka seratus limapuluh kali lebih besar dari yang kita punya. Pada saat ini pesawat-pesawat kita harus beroperasi menentang aturan-aturan taktik wajar di udara.

Tak seorang pilot lainpun akan bersedia terbang seperti penerbang kita. Pesawat-pesawat kita sangat tua dan sudah daluarsa. Sebagian daripadanya adalah pesawat latihan dan pesawat patroli, lagi pula sangat disayangkan karena banyak yang sudah rusak. Kita sangat miskin, maka jangan perhitungkan itu sebagai pesawat tempur.Singkatnya saya mau katakan, kita harus berpegang pada pertimbangan. Dan kalau saya boleh jujur, jika mereka benar-benar menggunakan seluruh persenjataan mereka dalam pertempuran, mereka jelas akan dengan mudah menghancurkan kita."

Tetapi sebagaimana Golda Meir menekankan kepda Orang Jahudi, ketika dia meninggalkan Israel menuju Amerika untuk meminta bantuan bagi Orang Jahudi di sana, "Kalian tidak dapat memutuskan apakah kalian akan berjuang atau tidak, melainkan kita harus berjuang, dan kalaian turut menentukan berapa lama perjuanagan itu." (Sebulan kemudian dia kembali ke Israel dengan persembahan-persembahan dan hadiah-hadiah sebesar lipuluh juta dollar.)

Akhirnya sejarah dan hari yang dinanti-natikan itu tiba. Pada tgl.14 Mei 1948 , ketika mandat Inggris berakhir secara resmi, 240 Orang Jahudi di Tel Aviv merayakan Kemerdekaan  Bangsa yang baru lahir itu, yaitu bangsa Israel. Ben Gurion membacakan Teks Proklamasi berikut di depan kumpulan dalam keheningan:

"Kami membentangkan tangan kami menghimbau seluruh negara-negara tetangga dan rakyatnya untuk menyambut tangan kami dalam perdamaian dan bertetangga yang baik. dengan kami. Mengajak  mereka untuk kerja sama yang baik dan saling membantu dengan Bangsa Israel  yang merdeka di negaranya sendiri. Bangsa Israel siap untuk turut berpartisipasi dalam mencapai kemajuan seluruh Timur Tengah.

Himbauan kami kepada Orang Jahudi  yang tersebar di seluruh Dunia; "Bantulah kami Orang Jahudi di Tanah Perjanjian Israel khususnya dalam masalah Imigrasi serta Pembangunan Bangsa dan mendukung kami dalam perjuangan untuk merealisasikan impian lama kita - Keselamatan Israel .

DENGAN PENUH KEYAKINAN KEPADA YANG MAHA KUASA, KAMI MAJELIS NEGARA SEMENTARA, YANG BERKEDUDUKAN DI TANAH AIR, TEL AVIV, MENANDATANGI PROKLAMASI INI PADA TANGGAL 5 IYAR 5708 (14 Mai 1948)

Kemudian setelah Teks Proklamasi dibacakan, Seluruh hadirin yang berjumlah 240 orang menandatangani Teks Proklamasi tersebut, ditutup dengan Berkat Ibrani:

Diberkatilah kiranya Engkau, Tuhan Allah kami, Raja seluruh Bumi, yang memelihara kami dalam kehidupan dan yang memungkinkan kami untuk menyaksikan hari ini....

Ketika seluruh hadirin mulai melangkahkan kaki mereka di jalan-jalan di Tel Aviv di bawah sinar matahari yang terik, bunyi Sirene mengaung-ngaung, tetapi suka cita sedang meliputi seluruh negara yang baru lahir itu. Hal yang sangat jarang terjadi, dimana bunyi Sirene dan sorak-sorai  berjalan bersama-sama. Di seluruh tempat Lagu-lagu Pujian Ibrani berkumandang disertai dengan tari-tarian - di Tanah Air mereka tentu, impian sepanjang zaman telah terkabul pada hari ini juga. Syair-syair dalam Buku Doa menjadi hidup kembali. "Kiranya mata kami menyaksikan dengan ucapan syukur ketika Engkau kembali ke Zion ."

Jam 5.16 sore, Presiden Truman mensyahkan kemerdekaan Israel atas nama USA. Hampir pada waktu yang bersamaan, kapal imigran pertama tiba, membawa pendatang "illegal" yang untuk pertamakalinya dengan sukacita disambut di Negara mereka sendiri yang telah merdeka itu. Tetapi baru delapan jam setalah deklarasi kemerdekaan tersebut, tentara Arab mulai menyerang di daerah perbatasan. Hari itu benar-benar hari yang penuh dengan sejarah bagi Bangsa Israel.

Tentara Libanon tiba dari Utara, tentara Sirya menyerang dari Timur Laut, Pasukan Arab dan balatentara Iraq menyerang bagian pusat; dari Selatan tentara Mesir memasuki wilayah selatan dengan bantuan pesawat-pesawat bom.

"Barangsiapa turut menyaksikan posisi  tentara Israel pada tgl.14 Mei 1948, akan memandang masa depan dengan mata yang buram. Yang menjadi pertanyaan adalah: "Apakah pasukan Jahudi akan mampu menghadapi keempat serangan tentara negara-negara Arab, Mesir,Jordania, Siria dan Libanon yang bersatu untuk menyerang mereka. Mereka semua adalah tentara terlatih dan terorganisir dilengkapi dengan persenjataan lengkap. Dua diantaranya memilki perlengkapan panser dan semuanya punya Kopasus. Tiga diantara mereka mempunyai Pesawat tempur, dan Mesir punya Pesawat pelepas-pelepas Bom. Kelompok Haganah tidak akan mampu menghadapi keadikuasaan tentara-tenra Arab tersebut. Mereka hanya memilki empat senjata tempur, sebuah panser,  satu pesawat tempur ditambah dengan beberapa pesawat pribadi. Keadaan menjadi lebih parah lagi akibat serangan pertama yang telah terjadi di Etzion melawan tentra Arab."

Nampakanya adalah mustahil bagi orang Jahudi untuk dapat memenangkan peperangan ini dengan kondisi militer yang ada. Tidak seorangpun dapat berkata bahwa kemenangan mereka yang mengagumkan itu ada hubungannya dengan kekuatan militer yang besar. Pasukan depan Israel adalah tentara tak berpengalaman yang diperhadapkan dengan satu banding lima dengan tentara terlatih orang Arab. Namun ada satu fakta yang mengatasi tentara orang Arab, yang  mengharuskan mereka mengenhentikan serangan terhadap Israel secepat mungkin, yang sering terlupakan, yaitu Tuhan bangsa Israel. Sebab saat ini adalah saat yang telah dipilih untuk menggenapkan janji Tuhan terhadap Israel melalui nenekmoyang mereka beribu-ribu tahun yang lalu sebagaimana tertulis dalam Alkitab bahwa mereka tidak akan meninggalkan kembali lagi tanah ini .

 Aku akan memulihkan kembali umat-Ku Israel: mereka akan membangun kota-kota yang licin tandas dan mendiaminya; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan minum anggurnya; mereka akan membuat kebun-kebun buah-buahan dan makan buahnya. Maka Aku akan menanam mereka di tanah mereka, dan mereka tidak akan dicabut lagi dari tanah yang telah Kuberikan kepada mereka," firman TUHAN, Allahmu.
Amos 9 : 14-15

Seandainyapun saat ini ada orang yang masih meragukan kuasa Tuhan dan kehadiran-NYA, namun akan sulit baginya untuk memberikan penjelasan tentang alternatif lain yang mendukung kemenangan Israel yang diluar perhitungan manusia ini.

Yang paling kecil akan menjadi kaum yang besar, dan yang paling lemah akan menjadi bangsa yang kuat; Aku, TUHAN, akan melaksanakannya dengan segera pada waktunya.
Yesaya 60 : 22

Pahlawan thn.1948 adalah sebuah mortir bernama "Davidka"-"David Kecil". Benda ini dirakit dari mur-mur dengan baut, yang diharapkan berfungsi sebagai meriam. Tetapi ketika rakitan telah selesai, ternyata ditemukan bahwa meriam ini tidak bisa menembak sasaran dengan tapat tapi mengakibatkan gemuruh yang dasyat. Maka "David Kecil" telah tersebar dari satu tempat ke tempat lain yang mengakibatkan ketakutan tentara Arab, sebab mereka berprasangka bahwa Orang Jahudi memiliki persediaan persenjataan besar.

Ada banyak cerita yang mengagumkan tentang kemerdekaan ini, -Kisah Ajaib. Satu dari yang paling terkenal terjadi di pasukan depan perbatasan Israel pada saat perang dimulai. Sejumlah kecil pasukan Israel sedang menghadapi serangan musuh. Mereka sudah hampir kehabisan peluru, mereka tahu bahwa mereka hanya tinggal menunggu waktu, sampai mereka terletak dibawah kaki tentara Siria. Lalu tidak berapa lama setelah kebimbangan mereka itu, tiba-tiba tanpa mereka duga para tentara Siria itu melarikan diri, sebagian dari mereka bahkan meninggalkan Panser mereka yang sudah hapir  memasuki perbatasan. Kemudian terdengar berita bahwa mereka telah melihat sejumlah besar tentara meliputi seluruh pegunungan, sejauh mata mereka bisa memandang. Tentulah mereka itu adalah tentara Tuhan yang Hidup. ( Mungkin sebagian akan berkata, "Tidak mungkin."  "Kenapa tidak?" Aapakah anda berpikir bahwa Allah Perjanjian Lama, Tuhan nenek moyang bangsa Israel, sudah kehabisan akal  untuk menyelamatkan bangsaNya pada masa kini?)

Cerita lain terjadi di Sinai. Ketika tentara Israel sedang mengejar tentara Mesir, tiba-tiba angin di Padanggurun meniupkan pasirnya, yang memaksa tentara Israel untuk berhenti dan menunggu sampai angin berhenti. Ketika akhirnya angin berhenti, terbentanglah ranjau-ranjau yang tersingkap akibat angin didepan mereka. Lagi-lagi nyawa mereka terluput dari kematian.

Dalam perang thn.1948 sangat kecil kemungkinan untuk  bisa selamat. Israel tidak punya Pesawat Tempur Udara dan hapir tidak punya senjata. Tetapi mereka bukan hanya luput melainkan mereka memenangkan seluruh perbatasan. Hal ini benar-benar melambangkan kembali kisah David melawan Goliat. Itu hanyalah satu-satunya tangan Tuhan, yang memberikan kemenangan kepada Bangsa Israel.

Peperangan thn.1973, yang disebut  Perang Yom Kippur, adalah contoh lain dari campur tangan Tuhan.Yom Kippur adalah hari yang paling kudus/istimewa dalam Kalender Jahudi. Seluruh rakyat harus berdiam diri tanpa adanya kenderaan yang bergerak;  tidak ada siaran radio maupun acara TV ; dan tidak satupun kedai atau tempat perbelanjaan yang buka. Seluruh Masyarakat pergi ke Sinagoge untuk berdoa, memohon belaskasihan Tuhan, agar nama mereka ditulis dalam Buku Kehidupan untuk satu tahun yang akan datang. Itu adalah hari dimana dosa-dosa pada tahun yang lalu dihitung kembali dan pengampunan Tuhan diberlakukan. Hampir setiap orang akan menghabiskan hari itu dengan berpuasa. Hari inilah pada thn.1973 hari yang dipilih oleh musuh Israel untük datang  menyerang Israel. Tentara Israel dipanggil dari doa ke peperangan.  Banyak dari antara mereka berangkat menghadapi perang yang terberat dan tanpa belaskasihan dalam sejarah bangsa Israel, dengan kondisi setelah hampir 24 jam tanpa makanan maupun minuman sama sekali. Serangan yang sangat tiba-tiba tersebut memberikan banyak keuntungan kepada musuh.

Pada bagian depan Mesir, kedudukan panser adalah 5:2 bagi orang Mesir. Ketika seluruh infantri dan seluruh pasukan bersenjata Israel tiba, maka yang ada adalah 800 panser dan 40.000 orang melawan 2000 panser dengan 150.000 orang Mesir. Lagi-lagi bagi Israel adalah mustahil untuk memenangkan peperangan demikian ini. Namun sekarang, setelah lima hari peperangan berat, dengan perbandingan yang besar melawan Israel yang kecil, orang Mesir belum juga bisa maju setapakpun lebih jauh dari tempat yang telah mereka rebut dalam dua hari pertama.

Bantuan besar perlengkapan berat militer dari udara tiba dari Soviet bagi orang Mesir. Semuanya di bawa ke garis depan, hal menghalangi segala kemungkinan bagi serangan maju Israel. Dengan demikian orang Mesir berhasil menggali sepanjang 170 km. jalan.  Daerah pertahanan Mesir yang begitu hebat tidak memungkinkan bagi Israel untuk terbang melewati berbatasan Mesir. Tiga batalion tentara Mesir bergerak di garis perbatasan. Hasil suatu rapat darurat. Pimpinan komando Israel memutuskan untuk mengirim Kopasus untuk menyeberangi Padanggurun Sinai pada posisi yang paling lemah dengan pesawat ampibi.

Operasi yang sangat berahaya dan mustahil ini adalah inti perubahan situasi perang dan berhasil diluar perhitungan manusia. Kompoi raksasa maju menyerang ke perbatasan. Dua buah Buldoser raksasa meratakan dasar danau untuk membiarkan rakit-rakit lebih mudah meluncur ke dalam air. Usaha berat ini sungguh menguntungkan. Rakit-rakit segera meluncur ke dalam air dengan membawa 60 panser dalam Cargo, berlusin-lusin meriam, Truk-truk penuh dengan munasi dan demikian juga tanki-tanki yang vol. Dalam beberapa menit, panser Israel menyeberang dari Asia ke Afrika. Seketika itu juga, IDF (Tentara Pertahan Israel) telah menguasai bagian barat dari perbatasan, penyerangan dimulai. Dari sana tentara Israel dapat menerobos masuk jauh ke bagian dalam Mesir.

Hari pertama perang tersebut bagian depan Siria juga napak sangat kelabu. Jam 2 siang pada Hari Raya Pendamaian Israel itu 800 panser dengan 40.000 laskar menyerbu dari Dataran Tinggi Golan. Mereka maju terus menuju Galilea, dimana hanya ada sebuah pos kecil di perbatasan. Mereka tidak akan mungkin dapat menghadapi serangan, dan jika mereka telah dikalahkan, maka pasukan Siria akan masuk dengan bebas sampai ke pusat Israel. Perang tersebut begitu mendadak sehingga sangat membutuhkan waktu untuk mendatangkan tenaga cadangan dari posisi berdoa untuk masuk dalam medan perang. Maka pos kecil, yang bimbang ini membutuhkan lebih banyak waktu menunggu sampai tenaga bantuan tiba. Lalu diluar perhitungan mereka, ketika tentara Siria sampai di wilayah Danau Galiea, mereka tiba-tiba berhenti. Tidak ada alasan yang nyata megapa mereka berhenti. Hal yang mengherankan ini memberikan kesempatan bagi tenaga bantuan Israel tiba ditempat.

Namundemikian setelah dua hari pertama perang, seluruh wilayah Golan jatuh ke tangan Siria. Sebagaimana juga di bagian depan Mesir, selama tidak ada kesempatan untuk menyerbu, demikianlah juga orang Israel di bagian depan melawan Siria hampir kalah. Dengan menguasai wilayah Golan, pihak Siria mendapat keuntungan strategi yang cukup besar, dari sana mereka dapat melepaskan serangan sejauh mungkin kearah Israel. Tetapi sekarang juga, lagi-lagi pemberani tentara Israel dapat merebut kembali seluruh Dataran Tinggi Golan yang curam itu dalam peperangan yang seru. Bahkan mereka dapat merebut sebagian besar daerah teritorium Siria.

Pada tgl.9 Oktober 1973 Radio Damaskus mengumumkan:

"Panser orang Siria berdiri di tanah Israel dan sedang bergerak menuju Haifa..."

Berita ini benar, hanya Damaskus lupa menyebut bahwa panser-panser tersebut sedang diangkut oleh pengangkut panser Israel sebagai benda jarahan.

Pada saat perang vakum, Israel menguasai jalan utama menuju Damaskus (yang hanya 140 km.dari Israel) dan hanya 15 km. dari pusat Kairo. Pada akhir perang Israel menang di seluruh garis depan. Seandainya Israel masih siap menyerbu selama tiga hari lagi, pastilah Israel akan dapat mengalahkan seluruh tentara Mesir.

Walaupun mereka menang, namun tentara Isrel tidak menginginkan pembalasan terhadap Arab musuh mereka - yang didik untuk membenci. Pembalasan dan peghancuran Israel itulah yang diajarkan kepada mereka. Sebaliknya Orang Israel yang lahir dari penderitaan, sangat menghormati dan menghargai keidupan. Bahkan dalam perang Yom Kippur, ketika bangsa Isrel diserang dengan kejutan pada hari raya besar mereka, dimana banyak para tentara mereka kehilangan nyawanya, tentara Israel masih meninggalkan surat dan hadiah-hadiah bagi tentara Mesir sebelum mereka meninggalkan Mesir. Surat berikut adalah sebuah surat yang dipakukan seorang tentara Israel pada sebuah pohon sebelum meninggalkan Mesir. Masih ada ratusan surat dan hadiah-hadiah yang sama yang ditinggalkan orang Israel.

Jenifa, Januari 1974

Tentara Israel
Kepada teman-teman kami
dari Msir, 

Syalom

Selamat tinggal dan sampai bertemu kembali di Kairo atau di Tel Aviv, dalam damai!!!

"Oh, Tuhan ingatlah kiranya kepada pahlawan-pahlawan yang setia, putra dan putri-Mu, pejuang yang mempertahankan Israel dan seluruh pasukan dibawah tanah yang berperang dalam peperangan bangsa, yang menyerahkan nyawanya demi Israel.  Oh, Israel camkanlah dan berbangga hatilah atas bibit-bibit yang kamu warisi dan atas kemudaanmu, jiwa kepahlawanan, kesukaan atas kemauan, mereka yang tanpa ketakutan gugur dalam perang. Kiranya Para pahlawan Israel dimahkotai oleh kemenangan untuk selamanya dituliskan dalam hati Israel..."

Ketika Golda Meir, sebagai Prime Minister, diminta untuk memberi komentar atas kemenangan Israel oleh pihak pers, dengan menangis beliau menjawab:" Apakah artinya kata-kata besar bagi seorang Ibu yang diliputi rasa kehilangan?"

Hal inilah yang mencerminkan kwalitas hidup di Israel. Rasa kesatuan, kekeluargaan, menjadi satu bagian dari satu keluarga, berbagi dengan sesama.

Salah satu contoh yang paling tepat untuk itu adalah Aksi Keselamatan di Entebbe.

*Pada hari Minggu, tgl.27 Juni 1976. Air France terbang dari Tel  Aviv menuju Paris dengan Stopover di Atena dengan jumlah penumpang sebanyak 246 orang. Tidak lama kemudian, Tower Penerbabangan Internasional Israel menerima berita berikut:

" Penerbangan Air France no.139 yang meninggalkan Isrel tadi pagi setelah take off menuju Paris telah hilang pada jam 12.30. Semua hubungan telah putus, satu-satunya yang dapat diketahui adalah bahwa pesawat berbalik ke arah tenggara..."

Para pembajak itu dipimpin oleh seorang terror Jerman, dibawah perintah Kelompok Pembebasan Palestina. Akhirnya Pesawat tersebut mendarat di Airport Entebbe, sebelah setan Kampala, ibu kota Uganda.

Setelah beberapa waktu, para pembajak memperkenalkan diri dan mengadakan penawran. Sebagai ganti pembebasan pesawat dan seluruh penumpang, mereka menuntut pembebasan sejumlah 53 orang terrror yang sedang ditahan di Israel, Francis, Jerman Barat, Swiss dan Kenya.

Kelompok terror Palestina telah membuat serangan-serangan yang tak terhitung terhadap Israel sejak 1968, sejak hari pembajakan Air france, 201 laki-laki dan perempuan telah dibunuh dan 213 luka-luka. 29x pembajakan di Udara, belum terhitung 11x gagal pembajakan. Hanya dalam thn.1973 terjadi 50 serangan diarahkan kepada pihak Israel di Lur Negri.

Aksi terror telah dilaksanakan di 39 Negara, kebanyakan oleh Organisasi El  Fatah (Kecuali percobaan untuk membajak EL Al thn.1968, belum ada yang bisa lolos, sebab begitu ketatnya penjagaan, demi keamanan penumpang EL AL)

Israel selalu bersaha sekuat tenaga jika mungkin untuk tidak membebaskan terror sebagai tebuasan para sandra. Pemerintah Israel memutuskan bahwa, selama masih ada jalan keluar, tidak boleh menyerah pada cara pemerasan terror.

Dalam kasus pembanjakan di Entebbe nampaknya tidak ada pilihan lain. Pemerintah tahu bahwa menuruti kehendak para terror adalah pengakuan secara tidak langsung akan kekuatan terror internasional. Tentu hal ini sangat berbahaya. Sebaliknya, menolak keinginan mereka adalah lampu hijau untuk pembantaian berdarah dingin terhadap ratusan penduduk Israel. Oleh sebab itu kelihatannya tidak ada pilihan lain kecuali menyetujui keinginan mereka itu.

Oleh sebab itu pemerintah Israel menyetujui keinginan mereka untuk membebaskan para terror tersebut. (Presiden Rabin, berpendapat bahwa pemerintah Israel sama sekali tidak dapat mempertanggungjawabkan secara moral untuk mempertaruhkan nyawa para sandra dalam hal tawar menawar,  sebab nyawa mereka jauh lebih berharga dari apapun yang menjadi tuntutan mereka itu.) Itulah sebabnya ketika mereka mendengar berita itu melalui Prancis, para penyandra memperpanjang waktu yang telah mereka tentukan sebelumnya.

Hari Jumat pagi, tersiar bahwa 101 orang telah bebas dan selamat tiba di Paris. Selebihnya yang masih ditahan adalah mereka yang memiliki kewarganegaraan Israel, atau mereka yang memiliki Ijin tinggal di Israel dan beberapa orang Jahudi dari berbagai negara. Jelaslah, masalah ini khusus dijutukan kepada Israel.

Rencana Operasi Militer telah dimulai pada saatyang hapir bersamaan dengan waktu pesawat itu mendarat di Uganda. Ketika penawaran berubah (penyandra mengubah tuntutan) sementara waktu semakin mendesak, pemerintah Israel mengambil kemungkinan berikut: Menyelamatkan para sandra Israel dari cengkraman penyandra. Para perencana tahu persis bahwa hal itu sangat sulit. Sebuah jarak yang cukup jauh - ribuan kilometer - harus ditempuh untuk mencapai tujuan dengan tanpa diketahui oleh radar musuh. Mereka juga harus mendarat di bagian lain Lapangan terbang untuk tidak membangkitkan kecurigaan para terror. (Pihak Israel tahu bahwa, reaksi pertama para terror jika mereka mengetahui kehadiran kelompok pembebasan dari Irael adalah tindakan segera membunuh para tawanan, laki-laki, perempuan dan anak-anak yang sedang mereka sandra. Pengalaman pahit yang terjadi di bagian utara Ma'alot, dimana sekelompok Anak Sekolah yang sedang berrekreasi telah dibantai tanpa perikemanusiaan oleh para terror adalah suatu kenangan pahit bagi orang Israel)

Jelaslah bahwa demi keberhasilan missi, mereka harus mendarat tanpa suara, secepat mungkin mencapai para sandra, secepat mungkin menyingkirkan para terror agar mereka tidak punya kesempatan untuk membunuh penumpang.

Keempat faktor penting ini telah menjadi pusat perhatian para perencana operasi pembebasan tersebut.

"Pertama:  kepada sekitar 10 orang dari terror dan 60-100 orang tentara Uganda di Lapangan Terbang telah dikatan bahwa  tidak  akan ada kelompok penyerang secara tiba-tiba. Kedua: Mereka memerlukan navigasi yang tepat dan benar untuk mencapai sasaran melalui rute pilihan mereka dengan pendaratan secara mendadak. Untuk mencapai tujuan, diperlukan sekali perkiraan yang sangat tepat untuk menjamin ketibaan pesawat bagaikan kilat tetapi harus berhembus setajam mungkin, halus dan sempurnah. Ketiga: Foto yang jelas dan ditail dari pihak Intelligence. Keempat: Rahasia ketat, berarti penguasaan rahasia. Perintah atasan adalah: tidak ada sama sekali  faktor luar apapun yang dapat merubah perencaan semula."

Ketika segalanya telah jelas dan siap, Pimpinan Komando memerintahkan keputusannya untuk dilaksanakan. Jelaslah bahwa operasi ini sangat berbabahaya, namun betapa lebih terancamnya lagi nyawa manusia dikemudian hari jika Israel tunduk dibawah perintah terror pada sat ini.

Setelah keputusannya, pemerintah diminta untuk berembuk. Jenderal pimpinan pasukan dan infantri sekaligus yang akan memimpin sendiri operasi di lapangan secara aktif, memberikan komentar pada salah satu unitnya dengan pesimis,  "Prospektif pemerintah yang akan menyetujui operasi ini hanya akan ada satu banding sembilan."

Pelaksanaan operasi direncnakan akan jatuh pada tgl. 3 Juli. Pada tgl.2 Juli sore, Prime Minister Rabin mengundang rapat Kabinet. Situasi dan keadaan yang sebenarnya diutarakan di paparkan kepada Kabinet. Sementara interksi dengan anggota Kabinet, Menteri Dalam Negeri, Dr. Joseph Burg, mengutip Ayat-ayat mingguan dari Alkitab sebagai berikut

Raja negeri Arad, orang Kanaan yang tinggal di Tanah Negeb, mendengar, bahwa Israel datang dari jalan Atarim, lalu ia berperang melawan Israel, dan diangkutnya beberapa orang tawanan dari pada mereka. TUHAN mendengarkan permintaan orang Israel, lalu menyerahkan orang Kanaan itu; kemudian orang-orang itu dan kota-kotanya ditumpas sampai binasa. Itulah sebabnya tempat itu dinamai Horma.
Bilangan 21 : 1,3

Beliau menutup pembacaan dengan komentar: "Apakah Entebbe akan disebut Hormah!" ( Dalam bahasa Ibrani berarti " Kepunahan"). Kabinet ini dengan yakin memutuskan untuk pelaksanakan operasi. "Kiranya yang Maha Kuasa memberkati para laskar." Prime Minister rabin mendapat dukungan dari pimpinan lawan partainya, Menahim Begin.

"Terdengar suara yang menyebut, bahwa konsultasi-konsultasi dan pertimbangan-pertimbangan yang menuntut keberhsilan secara berturut-turut, memberi kesempatan bagi kepemimpinan Israel untuk mencapai kematangan. Segala perbedaan pendapat besar maupun kecil demikian juga pertengkaran lenyap. semuanya bekerjasama sebagai satu tubuh untuk mencapai tujuan secara objektif, yaitu keselamatan para sandra. Hasilnya adalah keputusan atas pertimbangan bijaksana dan matang."

Nama resmi dari missi ini adalah "Operasi Jonatan".

Setelah para Menteri dengan bergandengan tangan memberi persetujuan bersama di Gedung pemerintahan di Tel Aviv, Jenderal pemimpin operasi segera berlari dan memberi perintah agar operasi dilaksanakan.

Para Angatan Udara menanti perintah take off. Segala sesuatu yang diperlukan dalam pelaksanaan seperti senjata-senjata, amunation, jeep-jeep dan Antipanser, alat-alat sabotage, obat-obatan dan alat-alat signal sudah siap dalam pesawat.

Pesawat-pesawat jenis Herkules diisi penuh dengan enam buah panser lengkap dengan berisi bensin penuh sampai batas terakhir. Pesawat-pesawat inilah yang direncanakan akan menerbangkan para pembebas untuk mencapai korban-korban pembajak di Entebeb.

Team penerbang tahu bahwa mereka sedang mengambil bagian dalam opersi penyelamatan yang paling sulit dan berbahaya yang pernah diadakan dengan persenjataan udara. Mereka juga sadar akan fungsi krisis laskar.

Tiga pesawat Jumbo besar, terisi penuh, sepenuh-penuhnya, terbang satu demi satu diwaktu senja. Roda-rodanya meluncur dilandasan, seolah-olah mereka tidak akan pernah terbang di udara. Namun akhirnya sayap-sayap mereka menerbangkan mereka dengan suara bemuruh mesin-mesin mereka dan melayang menuju Entebbe. "Operasi Jonatan" sedang dalam perjlanannya.

Roda-roda Herkules pertama menyentuh landasan Etebbe, satu menit lewat tengah malam, persis sesuai dengan rencana.Seharusnya Radar Tower akan segera mengeali kedatangan pesawat tersebut, tetapi tanpa alasan yang jelas, kali ini radar tidak berfungsi sebagaimana seharusya.

"Mulai dari detik , diamana roda-roda Herkules yang membawa pasukan penyerang menyentuh aspal lapangan terbang, mereka hanya melewatkan  beberapa menit untuk mencapai Terminal Lapangan terbang. Para penjarah dengan kenderaan-kenderaan mereka yang diangkut bersama-sama dalam perut pesawat bergemuruh maju. Satu-satunya sasaran mereka adalah mencapai gedung tujuan sebelum penjaga menyadari apa yang sedang terjadi. Mereka hanya punya beberapa detik waktu luang sampai para penjaga menyadari keadaan. Dan waktu ini adalah merupakan waktu yang sngat menentukan anasib para sandra. Para pilot penerbang bersegra dengan kecepatan luarbiasa menerjunkan pasukan udara mencapai daratan. Mereka belum pernah menyaksikan penerjunan secepat itu. Mereka berdiri terpukau dengan multut terngaga. Para penyerang yang telah menyerbu ruangan berteriak memberi peringatan dalam bahasa Ibrni untuk bertiarap dan dalam sekejab mereka sudah menembak habis seluruh terror Palistina dalam ruangan. Pertempuran hebat antara Pasukan Pertahanan Israel dan para terror sementara para korban sandra menyembunyikan wajah mereka dilantai, peluru beterbangan diseluruh ruangan. Hanya dalam jangka waktu 45 detik, keempat pimpinan terbesar para terror yang paling berbahaya atas para sandra telah berhasil diamankan. Maka dapat dikatakan bahwa detik itu jugalah, detik-detik kebebasan bagi para sandra, walaupun masih masih banyak bahaya yang menanti."

Ketika para pasukan tiba, para sandra tidak mungkin dapat menyadari apa sebenarnya yang sedang terjadi. Salah seorang penyelamat berteriak: "saudara-saudaraku, Chaverim (ummatku), tiarap, kami adalah tentara Zahal - Pertahanan Angkatan Udara Israel!" Mereka belum pernah mendengar suara yang begitu indah dalam kehidupan mereka.

Salah seorang Ibu di antara para sandra tersebut kemudian memberi komentar, bahwa dia akhirnya menyadari siapa sebenarnya yang sedang bertindak. Nampaknya adalah mujijat. Rasa bangga mulai meluap dalam hatinya atas putra-putra ajaib yang dengan tenang dan yakin mengatasi situasi tersebut. Namun ia sulit untuk meyakini hal itu  untuk beberapa detik. "Apakah laskar kami sedang berada di sini? Di Uganda?"

Suara seorang prajurit, terdengar melalui pengeras suara dalam genggamannya menjangkau telinga si Ibu, "Kami datang menjemput kalian kembali ke Tanah Air!" Pertempuran masih berlangsung ketika para sandra yang telah dibebaskan bergerak menuju pesawat yang sudah siap siaga dengan mesin yang masih hidup.

Proses evakuasi para sandra berjalan dengan tenang dan cepat. Sebagian besar diangkat dengan kenderaan ppasukan penyelamat, hanya yang mengalami luka-luka diangkut dengan kenderaan para dokter, dimana mereka mendapatkan pertolongan pertama. Operasi di Entebbe, menuntut empat korban jiwa, tiga orang rakyat biasa dan seorang Letnan Kolonel Jonathan Netanyahu ditambah dengan lima orang rakyat biasa dan empat orang tentara yang terluka. Sepuluh dokter tentara yang tiba bersama dengan para Angkatan Udara di Entebbe meyalani mereka dengan perlengkapan medis yang telah tersedia, yang telah sediakan oleh Korps kesehatan sampai kepada kebutuhan terkecil sekalipun.

Seluruh operasi berlangsung hanya 53 menit - dua menit kurang dari General repetisi yang dilaksanakan sehari sebelumnya di Israel.

 "Setelah operasi pembebasan itu berlalu, sementara pesawat-pewasat masih dalam penerbangan kemabli ke Israel, para pejabat dan semua yang turut ambil bagian dalam operasi tersebut berkumpul di Gedung pemerintahan. Dengan tidak menunda-nunda waktu, Prime Minister melaporkan berita pembebasan para sandara dari tangan para binatang buas di Entebbe. Pemimipin Rabi Sholom Goron, Anggota parlemen Itzhak Navon dan Menahem Begin dan seluruh menteri mendengar berita itu secara langsung melalui bibir Prime Minister. Kesukaan  telah terdengar di ruangan kantor Rabi, tetapi sekaligus kesedihan akibat adanya korban nyawa."

Salah seorang sandara, pemuda yang berasal dari Bat Yam dekat Tel Aviv, sempat berpikir berpikir untuk meninggalkan Israel, pindah ke negara lain sebelum pembajakan. Ketika dia kembali bersama team pembebasan itu,  dengan bangga dia memandang para penjemput yang berjubel di Lapangan Terbang.

 "Dia tidak akan pernah melupakan penyambutan tesebut....Pikiran untuk meninggalkan Israel menjadi lenyap samasekali. Melihat orang banyak yang dengan penuh sukacita, ia menyadari bahwa, tidak ada tempat lain dimana dia dapat merasakan: Persaudaraan, yang bekerja dalam kesatuan"

Tekanan telah membentuk Isrel menjadi orang berakal, "bangsa yang bejuang sendirian dan tidak diakui oleh bangsa-bangsa lain" Melalui peristiwa Entebbe, Israel menjadi kokoh dalam menghadapi ancaman terror dan melahirkan rasa kekeluargaan dan perhatian terhadap sesama yang menjadi ciri khas kehidupan di Israeel.

Israel adalah satu-satunya Negara di dunia yang memiliki satu bahasa, satu agama dan tinggal di satu negara sebagaimana 3000 tahun yang lalu. Orang Jahudi sudah dari dulu ada di Palestina. Tanah ini tetap menjadi kota kenangan bagi Orang Jahudi di perantauan dan selalu memiliki hubungan yang tidak pernah putus. Sepanjang zaman selalu ada kelompok kecil orang Jahudi yang setia di Jerusalem, Safet dan Hebron. Ratusab tahun terkhir, Palestina sering dijajah bangsa-bangsa lain termasuk yang masih dapat kita ingat sekarang, yaitu Ottoman dan Perluasan Kerajaan Inggris. Tetapi Orang Jahudilah satu-satunya yang memiliki rasa keterikatan, terserah apakah mereka sedikit atau miskin, sementara para penjajah punya Tanah Air ditempat lain.

Israel sendiri terdiri dari kurang lebih 20.000 km2, kebanyakan adalah Padang Gurun. Demikian kecilnya, sehingga sebuah pesawat F-15 dapat mengukur Israel dari udara, mulai dari Metulla sampai Eilat dengan kurang dari 11 m. Itulah jarak terpanjang Negara tersebut. Pada bagian lebarnya, dari timur ke barat, pesawat yang sama dapat capai dalam jangka 1,2 m.

Dibandingkan dengan 11,5 juta km2 dengan penduduk seratus juta orang Arab dengan 22 negara, kaya dengan minyak, sungai dan petro-dollar. Pandangan pro -PLO, menunjukkan penolakan mereka terhadap pernyataan Alkitab maupun fakta-fakta alamiah dari situasi. Sebaliknya mereka menuntutagar mereka yang menguasai di seluruh tempat dan Orang Jahudi tidak boleh dimana-mana. Orang Israel harus menerima keadaan dan menyadari kekerdilan mereka dibandingkan dengan tetangga-tetangga raksasa mereka yang menjulang tinggi dan kaya raya. Setelah Holocoust, mereka membutuhkan Tanah Air, Tanah yang menyambut mereka, yang menjadi pusat kerinduan mereka itu. Orang Israel begitu sering di kritik atas politik mereka, hanya sedikit yang menyadari bahwa hal itu hanya sekedar demi keselamatan mereka.

"Image itu penting sekali, tetapi bagi orang Israel yang paling penting adalah keadaan. Jika ada pilihan antara menjadi terkenal dan selamat, maka tentulah orang Israel memilih untuk hidup."

Kesuksesan militer tidak menceritakan seluruh kisah. Antara Mei 1948 dan Des.1951, 687.000 pendatang baru di Israel. Pada saat permuaan Israel, sangat sukar membayangkan bahwa sebuah masyarakat kecil dapat menampung tiga kali lipat pendatang baru, tanpa seorangpun yang harus tidur dijalan atau menderita, ataupun melantarkan sekolah anak-anak mereka barang satu minggupun. Mereka bukan hanya berhenti di situ, pada pertengahan tahun 50an, mereka bukan hanya berhasil mencukupi kebutuhan pertumbuhan penduduk yang begitu cepat melainkan penghasilan mereka sudah menjadi lebih. Kenagan akan kesulitan mulai berlalu. Dari setiap 40 ha. penghasilan mereka dapat mencukupi 80 % kebutuhan penduduk dengan gizi tinggi. Oleh sebab itu mereka juga mampu mengexport hasil pertanian mereka dengan harga 500 juta dollar ke negara-negara luar- ini hanya tanah mereka yang kerdil dan sumber yang kecil.

Nyanyian ziarah. Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi.
Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!"
TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.
Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!
Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.
Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.
Maz. 126

Dalam bagian akhir tentang "Sinopsis Israel" saya adalah Jerusalem. Hal yang sangat memilukan hati selain perang thn.1948 telah menelan nyawa 4000 tentara (kebanyakan dari mereka adalah orang baru keluar dari penampungan - DP camp) dan 2000 rakyat biasa terlebih lagi mengingat jatuhnya Kota Tua (Olt City) Jerusalem ke tangan Jordanian. Orang Jordanian menghacurkan Kota Tua itu setelah mereka menyingkirkan penduduknya (berarti perpecahan untuk petama kalinya bagi orang Jahudi yang secara terus menerus selama lebih dari 2000thn. tinggal di sana.) Sinagoge-sinagoge dirusakkan dan orang Jordanian menggunakan batu-batu kuburan Orang jahudi untuk membuat kakus mereka.

Siapakah yang dapat menjlaskan keterikatan orang Jahudi dengan Yerusalem sepanjang segala zaman. Naomi Shemer, penyanyi kesayangan Israel menciptakan sebuah lagu pada thn.1967. Kerinduannya atas tanah leluhur berngiang-ngiang di hati orang jaudi dimana-mana.

Jerusalem yang tebuat dari Emas
Naomi Shemer

Udara Gunung yang segar bagaikan anggur dan bau cemara yang dihembuskan angin senja diiringi alunan lonceng. Dalam kecaman pepohonan dan kurungan batu-batuan dalam impiannya, kota itu tinggal sendirian, sebuah tembok dalam hatinya.

 Ref. Jerusalem yang terbuat dari emas, dari perunggu dan terang,
lihatlah aku adalah sebuah kecapi bagi seluruh nyanyianmu.

 Bagaimanakah sunur-sumur telah menjadi kering, pasar-pasar menjadi sepi, dan tak seorangpun yang naik Bukit Tuhan di Kota Tua. Angin menjerit menyusuri celah-celah gunung batu, dan tak seorangpun yang turun ke Laut Mati  melalui Jeriko.

 Ref. Jerusalem yang terbuat dari emas, dari perunggu dan terang,
lihatlah aku adalah sebuah kecapi bagi seluruh nyanyianmu.

 Tetapi ketika aku datang hari ini, bernyanyi bagimu dan merangkai bunga bagimu, aku menjadi lebih kecil daripada anak-anakmu yang paling bungsu atau syair puisi yang paling singkat. Karena namamu membakar bibir-bibir bagaikan ciuman Serapim. Aku tidak akan melupakanmu, O Yerusalem, yang terbuat dari Emas.

 Ref. Jerusalem yang terbuat dari emas, dari perunggu dan terang,
lihatlah aku adalah sebuah kecapi bagi seluruh nyanyianmu.

 Lagunya dengan irama dan syair-syairnya yang menyentuh hati, mencerminkan kerinduan hati Orang jahudi untuk merebut kembali Jerusalem; kerinduan yang telah tertunda-tunda akibat petualangan selama dua ribu tahun; kerinduan yang dalam daripad merindukan kampung halaman. Ternyata, persis satu bulan etelah lagu itu dipasarkan, Jerusalem telah kembali ke tangan Orang Jahudi. Syair-syair berikut kemudian ditambahkan pada lagu itu.

 Kami telah kembali ke sumur-sumur, ke pasar-pasar dan ke kota. Sangakala ditiup memanggil orang naik ke Bukit Tuan di Kota Tua. Dan dari celah-celah batu karang cahaya bersinar kembali. Kami kan pergi ke Laut Mati melalui Jeriko.

 Ref. Jerusalem yang terbuat dari emas, dari perunggu dan terang,
lihatlah aku adalah sebuah kecapi bagi seluruh nyanyianmu.

Ketika pasukan IDF menerobor masuk ke Kota Tua sementara perang pada thn.1967, para tentara menangis karena sukacita dan semua Orang Jahudi di seluruh dunia menangis bersama mereka. Kemungkinan untuk dapat kembali berdoa di Tembok Ratapan, satu-satunya tembok yang masih sisa dari Bait Allah, yang mempersatukan Orang Jahudi di Jerusalem, tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

"Yerusalem dari Meja kerja seorang Rabi"

"Sulit sekali dipercayai bahwa enam belas tahun telah berlalu sejak hari kemenangan yang luarbiasa pada bulan Juni 1967, ketika kita pertama kali mendengar bahwa Israel telah dibebaskan oleh tentara Israel. Sejak saat itu, kita orang Jahudi masih terus ingin menjelaskan penomena Jerusalem. Kuasa apakah yang telah mempengaruhi nasib bangsa kita? Apakah Jerusalem itu? Apakah Jerusalem itu sama dengan kota-kota lain di seluruh dunia?

Apakah JERUSALEM itu? Jerusalem telah ada sebelum New York atau Toronto lahir. Ketika Berlin, London dan Paris masih hutan belantara dan lumpur, di Jerusalem telah hidup masyarakat Jahudi. Apakah JERUSALEM itu? Di sanalah para Nabi berjalan-jalan. Suara mereka bergemuruh bagaikan petir. Tempat bangsa yang kesepian yang lebih menginginkan dibiarkan senridian, berjuang melawan gelombang-gelombang potensi para penentangnya. Darah mengalir, kematian dan lebih menyukai terbakar oleh api yang membakar Bait sucinya daripada menyerah pada musuhnya. Dan ketika pada akhirnya oleh kekuatan yang luarbiasa, mereka ditawan, mereka bersumpah: "Jika aku melupakanmu, O Jerusaelm, birlah kiranya tangan kananku dihilangkan."

Apakah JERUSALEM itu? Jerusalem adalah tempat tujuan berpaling dan berdoa tiga kali sehari oleh nenekmoyang kita selama dua ribu tahun yang diwarnai dengan kesulitan. Sementara mereka ditolak oleh Bangsa-bangsa Barat, mereka berdoa kepada Yang Maha Kuasa:"Kumpulkanlah kami dari empat penjuru dunia dan bawalah kami kembali ke Tanah Air kami. Kembalikanlah kami ke Jerusalem oleh belas kasihan-Mu, ke kota-Mu, disalah kami ingin tinggal, sesuai dengan Janji-MU.

Apakah JERUSALEM itu? Jerusalem adalah kata satu-satunya yang menjadi harapan Bangsa kita. Syair 'Tahun Depan di Jerusalem' memelihara kita semasa Inquisisi, pemusnahan bangsa, pengusiran, pengisolasian di Getto, dimana permusuhan dunia mengancam kita. 'Tahun depan di Jerusalem' tidak membiarkan kita patah semangat walaupun bangsa-bangsa memaksa kita untuk dibabtis,  dengan anti semitis mereka atau peristiwa holocaust: Dan yang paling parah adalah sikap dunia yang tidak perduli atas kekejaman yang tak terlukiskan itu.

Apakah JERUSALEM itu? Apa pengaruh kota leluhur dengan sisa-sisa temboknya yang penuh dengan semangat juang dan kekuatan yang membebaskan dan menjadi identik dengan keselamatan Orang Jahudi ini? Apa yang menyebabkan para pahlawan, orang rohani, maupun orang lainnya, berdiri dekat tembok dan menagis? Seorang tentara melukiskannya sebagai berikut:

'Asa paman saya mati pada tembok
Di sebuah kampung bernama Lublin, dia mati pada sebuah tembok.
Tentara SS menembak semua kelompok
Baginya dan bagi mereka, aku meratap di tembok.

Sarah sepupuh saya mati pada tembok
Dalam sebuah kamar di Auschwitz dia mati pada sebuah tembok
Dengan seorang anak kecil dipangkuannya, kelaparan, kurus dengan tulang-tulang melongok
Bagi anaknya aku meratap di tembok

Shalom kakakku mati pada tembok
Di perbatasan siria dia mati pada sebuah tembok
Di rumah yang dibangunnya dia kekar dan harus membongkok
Bagi kakakku Shalom aku meratap di tembok.

Oh Tuhan para nenek moyangku, aku berperang demi ini tembok
Bagi pamanku dan semua yang bersamanya, seluruh kelompok
Bagi sepupuku, anaknya, yang lapar, kurus dengan tulang-tulang melongok
Bagi kakakku Shalom yang kekar dan harus membongkok
Biarkanlah airmataku mengalir membsahi tembok' 

JERUSALEM bukanlah sebuah kota, bukan sekedar pusat agama, bukan sekedar ibu kota. JERUSALEM adalah jantung hatu bangsa kami. Kami orang Jahudi kembali ke Tanah air kami untuk yang pertama kalinya sejak thn.70an. Untuk pertama kalinya kami dapat menyanikan sungai-sungai Babylon dengan penuh sukacita.

Tanah Air kami adalah JERUSALEM dan betapa indahnya sebutan Tanah Air bagi bangsa yang telah merindukan untuk tinggal di Tanah Airnya selama berabad-abad.  KAMI TINGGAL DI TANAH AIR... TAHUN DEPAN DI JERUSALEM, DAN SELANJUTNYA, DAN TAHUN BERIKUTNYA, SAMPAI AKHIR ZAMAN, IR SALOM- Kota Damai. JERUSALEM, Oh JERUSALEM..."