19 Israel, Kami Mengasihimu
Pada awal bulan Januari saya mulai meragukan perintah Tuhan tentang gulungan pernyataan kasih yang harus saya kerjakan. Saya sama sekali tidak melihat kemungkinan untuk mengumpulkan tanda tangan lebih dari satu halaman. Suatu malam saya mengikuti sebuah konferensi di Jerusalem dengan tema „Kesederhanaan Tuhan“. Pendeta tersebut menjelaskan betapa jalan-jalan Tuhan itu amat sederhana dan bagaimana Tuhan menyingkapkan hal-hal yang menurut akal manusia adalah mustahil, menjadi suatu kenyataan. Ia menjelaskan bahwaTuhan hanya memerintahkan kepada para tentara yang kuat untuk berjalan dan berteriak sebanyak tujuh kali; Tuhan juga telah menggunakan seorang pemuda kecil untuk membunuh seorang raksasa; dan IA telah memilih kandang domba seorang pemimpin perang yang tangguh, yang sedang dinanti-nantikan orang Israel. Khotbah terbut menolong saya untuk mengerti bahwa masalah gulungan itupun akan terwujud sebagaimana yang IA kehendaki. Kemudian ditengah-tengah konfrensi tersebut, seorang teman menyodorkan secarik kertas pada saya. Di dalamnya tertulis ayat berikut:
Kekasihku mulai berbicara kepadaku: "Bangunlah manisku,
jelitaku, marilah! Karena lihatlah, musim dingin telah lewat, hujan telah berhenti
dan sudah lalu. Di ladang telah nampak bunga-bunga, tibalah musim memangkas;
bunyi tekukur terdengar di tanah kita. Pohon ara mulai berbuah, dan bunga pohon
anggur semerbak baunya. Bangunlah, manisku, jelitaku, marilah! Merpatiku di
celah-celah batu, di persembunyian lereng-lereng gunung, perlihatkanlah wajahmu,
perdengarkanlah suaramu! Sebab merdu suaramu dan elok wajahmu!"
Kidung
Agung 2 : 10-14
Melaluinya Tuhan menantang saya untuk membuang segala keraguan dan kesombongan yang menghalangi saya untuk memiliki iman seperti anak kecil dalam mengikutiNya.
Beberapa hari kemudian saya menceritakan semua itu kepada seorang teman dari gereja Katolik yang dibaharui, namanya Fr. Francis Martin. Saya yakin hubungannya dan keterbukaannya pada Tuhan disertai dengan sikap horamatnya yang luarbiasa, tidak lain daripada buah hubungannya yang erat dengan Tuhan. Saya menceritakan seluruh kisah tentang gulungan pernyataan kasih itu kepadanya dan ia menunjukkan sikap empati.
„Benar, hal itu berasal dari Tuhan dan engkau harus melakukannya!“ katanya. „Namun ada beberapa hal yang harus engkau renungkan. Engkau akan sering merasa surut untuk itu engkau harus minta pengampunan dari Tuhan. Dan apabila engkau telah minta ampun, bangkitlah dan ketahuilah bahwa engkau telah diampuni. Dan jika engkau merasa tak berdaya lagi, ingatlah bukan kamu yang menghendaki untuk dipakai, dan juga bukan kamu sendiri yang menghendaki kemana engkau akan pergi. Kelak kita akan dapat melihat sendiri kebelakang bagaimana Tuhan telah merubah hidup kita yang lama dan mendorong kita untuk memandang kedepan. Pada waktuNya dan dengan caraNya sendiri Ia akan merubah segala sesuatu yang menghalangi kita untuk mengikutiNya dengan suatu penyerahan total. Saya juga yakin bahwa Tuhan akan menyediakan seseorang menjadi penasehat bagimu, jika engkau membutuhkannya. Maka teguhkan hatimu, lakukaknlah itu. Hal itu akan berjalan!“
Ternyata nasehatnya yang sangat sederhana ini kemudian sering sekali menolong saya untuk tidak merasa caci dan menjadi putus asa. Menjelang akhir bulan Januari saya diserang penyakit Flu dan batuk yang memaksa saya untuk beberrapa hari berdiam di tempat tidur. Karena tidak bisa berbuat apa-apa, saya mendengar sebuah kaset yang dipinjamkan seorang teman buat saya beberapa minggu sebelumnya. Kaset itu berisi pengajaran tentang ester oleh pengkhotbah terkenal Derek Prince. Hal ini sangat memberkati saya, sebab dengan demikian saya tahu, bahwa Tuhan mengijinkan saya sakit agar demikian saya punya waktu untuk mendengarkan khotbah ini. Dan saya dengan sengaja memasukkan beberapa bagian dalam buku ini, yang saya rasa sangat relevan bagi tiap-tiap kita sebagai anggota tubuh Kristus.
„Dalam fasal pertama kitab Ester, kita melihat bahwa Vasti diminta untuk menghadap Raja. Ketika dia menolak panggilan itu, ia segera digeser dari tahtanya. Ia disingkirkan, kehilangan mahkotanya dan kita tidak lagi mendengar namanya. Saya percaya ini adalah suatu peringatan penting bagi gereja masa kini. Jika kita tidak dengar-dengaran kepada bisikan Roh Kudus yang meminta kita untuk menghadap Raja, kita akan kehilangan mahkota kita, disingkirkan dan Tuhan akan membangkitkan orang lain yang lebih terhormat. Dan Ester mengambil alih posisi Vasti.
Ester telah disiapkan oleh Hagai seorang pengawas wanita, sebagai lambang persiapan kita oleh Roh Kudus. Dimana proses pemurnian membutuhkan waktu yang cukup panjang. Sepanjang tahun dan sepanjang tahun itu mencakup empat macam musim. Saya pikir salah satu pengajaran dari sini bagi kita adalah bahwa kita harus melalui setiap tantangan dari tiap-tiap situasi dan kondisi tanpa dapat mengelakkannya.
Apakah anda memperhatikan bahwa masa persiapan tersebut dibagi dalam dua bagian? Ada fase peminyakan dan ada fase memperindah. Dalam seluruh Alkitab pengurapan minyak selalu melambangkan penderitaan. Oleh sebab itu, kita tidak perlu mengelak dari penderitaan, bahkan dalam penderitaan tersebut kita tidak perlu merasa bahwa Tuhan telah menolak kita. Kita perlu menyambutnya. Jika engkau ingin menjadi indah dimataNya, engkau harus menderita. Sambutlah penderitaan itu, sebab penderitaan itu akan datang. Jangan salah mengerti tentang penderitaan itu, jangan menolaknya, jangan berperang melawannya dan jangan bersungut-sungut atasnya. Ucapan Paulus dalam Pilippi fsl. 3 benar-benar menyentuh hati saya ketika dia berata:
„yang aku kehendaki ialah, agar aku mengenal Dia, Yesus Kristus, dan kuasa kebangkitanNya... „ Tetapi Paulus tidak berhenti sampai di situ, dia meneruskan „...dan pesekutuan dalam penderitaaNya.“
Ester fsl2:15: Ketika Ester mendapat giliran untuk menghadap Raja, Ester tidak mengajukan apa-apa kecuali melakukan sesuai dengan apa yang di pesankan oleh Hagai. Dan Ester disukai oleh setiap orang yang melihatnya. Hal ini juga menjadi pelajarana penting bagi kita. Roh Kudus akan melengkapi engkau dengan segala sesuatu yang engkau perlukan. Engkau tidak memerlukan sumber-sumber lainnya. engkau tidak perlu menghadap dunia. Seseorang yang telah dipilih dari padanya tidak diminta sesuatu kecuali apa yang telah diberikan Hagai kepadanya.
Saya ingin mengambil aplikasi dari kisah Ester dengan kisah gereja masa kini. Dan saya akan menyebutkan 9 kriteria Ester yang harus menjadi kriteria gereja Yesus Kristus sebagai pengantin bagiNya.
1. Pada saat-saat yang genting bagi bangsa jahudi, kesempatan bagi Ester muncul untuk menyatakan haknya sebagai ratu. Ketika Mordekai mendengar tentang keputusan untukmembinasakan bangsa jahudi, ia mengirimkan pesan kepada Ester dan berkata,’Adalah tanggungjawabmu untuk menghadap dan memoohon belaskasihan raja atas bangsamu.’ Dalam fsl.4:14 dinyatakan bahwa dia menghadap kerajaan dalam situasi dan kondisi khusus, dan sangat mengancam bangsa jahudi. ‘....’Dan saya percaya ini benar-benar panggilan bagi gereja pada akhir jaman ini.
2. Ester belum memperkenalkan keluarga dan sukunya. Masa kanak-kanaknya bersama orang Jahudi tidak diktnahui umum. Walaupun identitasnya sebagai orang Jahudi tidak dikenal orang banyak, namun nasib orang Jahudi adalah juga nasibnya. Saya percaya hal yang sama berlaku buat gereja. Kita juga mempunyai hubungan kekeluargaan dengan orang Jahudi. Juruselamat kita adalah orang Jahudi. Dan kita harus melihat bahwa nasib kita tidak dapat dipisahkan dari nasib mereka. Kita tidak dapat memisahkan diri dari mereka. Kita tidak dapat duduk dalam kerajaan dan berkata, hal itu tidak akan terjadi atas diri saya, sebab hal itu mungkin saja terjadi. Setan menggunakan cara yang sama untuk menghancurkan orang Jahudi demikian juga menghancurkan gereja. Kita dijalinkan dan nasib kita tidak bisa dipisahkan.
3. Dia siapkan menyerahkan dirinya. Dia berkata#Jika akau harus mati, maka aku akan mati’ Dan gereja pada akhir jaman ini harus menempatkan diri dalam siatuasi yang sama, yaitu mengutamakan kehendak Allah dari pada hidup. Hal itu dinyatakan dalam Wah.12:11’Mereka tidak lebih menciantai hidup mereka daripa klematian’ Dan saya berpikir bahwa mempertahankan hidup bukanlah hal yang perioritas. Hal yang paling utama ialah melakukan kehendak Tuhan hidup atau mati. Dan saya yakin kita mempunyai sikap yang sama. Ester berkata: ‘Aku akan menghadap tanpa diundang di hadapan raja dan jika hal itu mengancam hidup saya, maka saya akan membayarnya dengan nyawa saya. nghadapi hal yang sama. danmenempatkan