4 Senandung KasihNya
Banyak hal telah terjadi sementara saya harus melalui padang tandus kerohanian. Bagian yang terutama, saya harus lebih belajar tentang Yesus dan posisi saya dalam relasi antara saya dan Dia. Buku pertama yang Tuhan tunjukkan pada saya bertitel: Di hadapan Tuhan“ yang ditulis oleh Bruder Lorenz, salah seorang dari Bruder yang pada abad XVII dengan kaki ayam bekerja di dapur Karmelitern di Paris. Penerbit menggambarkar Bruder Lorenz sbb.:
„Nilai buku ini terletak pada kerendahan hati dan kerendahan hatinya sebagai orang kristen. Bruder Lorenz bukanlah seorang yang berpendidikan; Theologi dan pertentangan-pertentangan ajaran kristen akan sangat membosankan baginya, jika yang lain memperhadapkan masalah itu dengannya. Satu-satunya yang ia rindukan adalah persekuannya yang intim dengan Tuhan. Pada saat kebaktian berlangsung, ia lebih sering berada di dapur daripada dalam Gereja. Ia dapat berkata: „Bagi saya tidak ada peerbedaan antara jam berdoa dan jam kerja saya di dapur yang diwarnai oleh kesibukan dan kebisingan itu, sementara yang lain pada saat yang sama mendoakan banyak hal, demikian juga Tuhan memenuhi hati saya dengan kedamaian seolah olah saya sedang bertelut dan menerima berkat Tuhan.“
Pada awal perjalanan iman saya di padang yang tandus kemana Tuhan membawa saya, Ia meletakkan dasar prinsip iman yang teguh : Adalah mungkin senantiasa dalam KehadiranNya. – Saya harus berusaha hidup sedemikian, bahwa segala sesuatu yang saya lakukan harus dipuatkan pada kehendakNya. Tuhan menganugrahkan pada saya kerinduan akan pengenalan KehadiranNya, yang harus menjadi bagian nafas kehidupan saya ! Bruder Lorenz menjelaskan:
„Adalah hal yang sangat mengecewakan untuk berpikir bahwa jam doa dengan
jam-jam lainnya harus dipiisahkan. Melalui kesibukan kita bekerja , kita harus
menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan sama seperti ketika kita berdoa pada
jam doa.“
Doanya tidak lain ialah, merasakan Kehadiran Tuhan, pada saat itu jiwanya
hanya terbuka pada kasih Tuhan dan jika jam doa berakhir ia tidak merasaakan
perbedaan, sebab ia terus menerus bersekutu dengan Tuhan. Dengan segala kekuatannya
ia memuji dan memuliakan Tuhan dengan demikian hidupnya dipenuhi dengan sukacita,
bahkan berharap agar Tuhan menganugrahkan penderitaan jika keakuaannya mulai
muncul.
Kita harus meletakkan segala iman percaya kita pada Tuhan, sekali dan selamanya
dan menyerah diri secra total dengan keyakinan bahwa Ia tidak akan pernah meninggalkan
kita.
Yang menjadi pusat kekristenan adalah: Iman , pengharan dan kasih, dengan
kehidupan yang demikian kita akan bersatu dengan kehendak Allah. Semua yang
lain tidak begitu penting dan hanyalah sebagai alat untuk mencapai tujuan
agar kita hidup dlam iman dan kasih yang berakar.
Segala sesuatu mungkin bagi mereka yang beriman, bagi mereka yang berpengharapan
segala sesuatu menjadi lebih ringan, bagi mereka yang memiliki kasih akan lebih
mudah dan segala sesatu jauh lebih mudah bagi mereka yang mengejar ketiga
hal ini.
Kita harus menetapkan tujuan menjadi pendoa yang sejati di dunia ini sebagaimana
yang kita harapkan di dadalam kekekalan.
Jika kita memelihara kerohanian kita, kita harus senantiasa menguji dan merenungkan
siapakah kita sebenarnya. Maka kita akan menemukan bahwa kita sama sekali tak
layak untuk menyandang nama sebagai orang kristen...pendeknya manusia, yang
oleh Tuhan melalui penderitaan dan beban berat luar dan dalam menjadi rendah
hati. Maka kita sebagai manusia tidak akan heran dan terkejut jika kita diperhadapkan
dengan kesulitan-kesulitan, pencobaan demi pencobaan, peperangan dan perjuangan.
Kita harus memperlakukan mereka sebaliknya dan menerima mereka sebagaimana yang
Tuhan kehendaki; sebab semuanya itu akan membangun pertumbuhan iman kita.
Jika kesempurnaan yang dirindukan jiwa kita itu semakin besar, maka semakin
nyata pulalah ketergantungan kita pada anugrah Tuhan.“
Ucapan Bruder Lorenz ini sangat menyentuh hati saya, walaupun pada awal perjalanan iman saya, saya hampir tidak merasa berdosa. Tetapi saya merasakan bahwa adalah hal yang mungkin untuk menempatkan kehadiran Tuhan senantiasa berada dalam hati saya.
Saya sama sekali tidak membayangkan bahwa Tuhan akan memberikan hal itu buat saya melalui didikan dan pengikisanNya sampai saya akan menjadi sebuah bejana yang kosong yang dapat digunakan sesukaNya. Sebaliknya saya mencoba mengenal tanda-tanda yang saya pikir cocok dengan hal-hal yang rohani! Saya menghentikan banyak tertawa dan mencoba hidup sesaleh mungkin. Pada saat yang hampir bersamaan Marcia juga baru merasakan sentuhan kasih Yesus. Dia juga berusaha sekuat mungkin untuk merubah diri dan mencoba menempatkan diri sebagaimana seharusnya milik Tuhan. Jelas hal itu sangat berat,
Setelah tiga minggu kesucian itu mulaisedikit menyusut. Satu hari saya dan anak-anak saya mengunjungi Marcia. Sementara anak-anak bermain, Marcia dan saya duduk di dapur sambil menguliti kacang polong. Dengan amat susah kami memulai pembiraraan.
„Tuhan mengenal kita sebelum kita menyerahkan diri bukan?“ tanya Marcia.
„Benar“ jawab saya. „Namun demikian Ia mengasihi kita bukan?“
„Benar.“
“Barangkali, ya, hanya barangkali, adalah baik jika kita menerima diri kita
sebagaimana kita adanya dan membiarkan Tuhan sendiri yang membentuk kita!““
Ah, Marcia, kamu sungguh meyakini hal itu?“
Beberapa saat kemudian saya memasuki ruang tamunya Marcia dan Tuhan memimpin
saya pada bagian sebuah buku yang terdapat dalam rak buku:
„Mari kita mengumpamakan hubungan antara manusia dan Tuhan seperti hubungan sinar matahari dan jendela kaca. Keberadaan jendela kaca tersebut dapat dipengaruhi oleh sedikit atau banyak sinar yang menembus kaca jendela tersebut. Semakin bersih dan jelas kaca jendela tersebut maka semakin banyak sinar yang dapat menembusi kaca tersebut. Namun sebersih-bersihnya kaca tersebut, ia tetap kaca, exitensinya tidak berubah. Demikian juga hubungan antara manusia dengan Tuhan. Kita harus terbuka untuk menerima terangNya, namun kita akan tetap manusia yang tak sempurnah.“
Itulah ketetapan Tuhan. Hal yang sangat baik untuk diketahui, bahwa kita dapat menyerahkan masalah perubahan-perubahan yang diperlukan dalam hidup kita ke tangan Tuhan!
Sepanjang musim panas saya mendapat kesempatan untuk mengenalNya lebih dekat. Pelajaran yang paling penting yang saya dapat ialah hal membedakan suara Tuhan atau suara setan.Sering sekali hal ini mudah dikenal, sebab setan membuat pengertian dan pikiran saya bimbang dan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan, sementara Tuhan dengan lemah lembut dan jelas berbicara dalam hati saya. Tuhan juga meneguhkan kehendakNya sedemikian rupa. Dan saya segera tahu untuk menolak rasa bimbang jika suara itu saya tahu berasal dari Tuhan, sampai Tuhan kembali meneguhkannya. (Sudah pasti saya juga tahu bahwa Tuhan mengharapkan ketaatan saya segera setelah Ia meneguhkan perintahNya).
Saya sering mebuktikan hal itu melalui „buahnya“. Setan adalah raja dari kekacauan, ia selalu berusaha untuk mengeruhkan iman percaya kita dan pengenalan kita pada Yesus. Jika saya bimbang, maka saya mengajukan pertanyaan pada diri saya sendiri: „Jika saya menuruti pimpinan ini, apakah saya maupun orang lain akan lebih dekat ke Yesus atau sebaliknya“ Dengan patokan ini, biasanya saya segera tapat mengetahui asal suara tersebut. Maka dalam jangkau waktu yang relatif singkat, dalam banyak hal saya sudah dapat mengenal suara Tuhan.
Dalam Injil Yohannes Yesus berbicara tentang hubungan gembala dan domba-dombanya:
„Dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya
masing-masing menurut namanya dan menuntun mereka keluar. Jika semua dombanya telah dibawanya keluar, ia berjalan di depan merreka
dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Seorang asing pasti pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari daripadanya,
karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.“
Yoh.10:3-5
Lagi Yesus berkata:
„Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domaku dan domba-dombaKu
mengenal Aku, ...Domba-domaKu mengenal suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti
Aku; Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka...“
Yoh.10:14,27-28
Tuhan mengajarkan juga pada saya tentang kenyataan yang menakutkan, bahwa nubuatan Alkitab akan digenapi selagi kita masih hidup dan bahwa Yesus akan datang kembali pada generasi ini dan akan memerintah selama seribu tahun di atas bumi ini! Hal ini membuat saya sungguh-sungguh heran. Saya tidak bisa membayangkan bahwa kita sungguh mendapat hak istimewa untuk turut mengalami peristiwa yang mustahil dalam sejarah dunia ini!
Saya sering merasa heran, mengapa orang kristen lainnya tidak begitu bersuka cita dan tidak begitu bersemangat mengabarkan tentang dalam dan tingginya kasih Tuhan. Tetapi tuhan mengingatkan saya kembali tentang apa yang diucapkan oleh DR.Reid.– bahwa banyak orang yang mengaku diri sebagai orang kristen, tetapi mereka sebenarnya tidak mengenal kasih Yesus yang sejati! Mereka mempercayai agama yang kosong oleh pengajaran-pengajaran manusia dan bukan menerima kasih yang sejati itu sebagai bagian dalam hidupnya. Saya menyadari bahwa latarbelakang saya sebagai orang Jahudi merupakan suatu keuntungan, sebab dengan demikian saya hanya memelukan sedikit belajar tentang kekristenan. (Hanya dalam satu hal saya ingin merevisi pandangan saya: kekejaman yang belangsung dengan memperalat nama Yesus melawan orang Jahudi, sama sekali tidak ada hubungannya denganYesus). Saya yakin bahwa seseorang yang sepanjang hidupnya percaya bahwa ia kristen akan sulit menerima kenyataan bahwa sebenarnya ia bukan kristen.Tetapi kasih Yesus yang luarbiasa itu akan meredakan segala kepedihan yang mengecewakan mereka itu jika menerima kasih itu.
Pada saat itu saya mengenal Yesus berdasarkan pengalaman-pengalaman saya. Saya mengalami kasihNya lebih dari satu tahun, tanpa mengetahui bahwa semua berasal dari Dia. Sejak malam itu, ketika Yesus menyatakan diriNya pada saya merasakan kasihNya yang meliputi hati haya. Suatu pengalaman yang nyata. Jika saya sedih hati saya menjadi berat, dan jika saya taku hati saya menjadi kecut, tetapi biasanya saya lebih sering merasakan kehangatan sorgawi yang meliputi hati saya. Saya membiasakan diri untuk menaati pimpinan hikmatNya. Ia sering berbicara dengan saya dan hari demi hari ia semakin nyata buat saya. Ia benar-benar menjadi sahabat dan kekasih dan saya sungguh jauh lebih menikmati detik-detik bersamaNya dibandingkan dengan detik-detik lainnya. sepanjang hari.
Dua hal yang sangat mengherankan saya ketika saya baru mengenalNya, pertama karena sifat humorNya yang luarbiasa, kedua saya mulai mengerti jalan penderitaan dan kesengsaraanNya di dunia ini. Saya juga memikirkan kesedihanNya sekarang ini di sorga–atas setiap orang yang menyimpang dari jalan kasihNya, tetapi juga atas segala sesuatu yang jahat yang dilakukan manusia dalam namaNya.
Ia sering memimpin langkah saya. Setiap kali saya mengikutinya, saya akan selalu mendapatkan imbalan kasihNya, atau suatu pelajaran penting ataupun peneguhan dalam berbagai jenis metode.
Menurut saya hal yang demikian ini adalah lazim untuk setiap orang kristen! Namun kini baru nyata buat saya. Saya menjadi ragu, ketika saya melihat bahwa Marcia dan teman-teman kristen lainnya mengalami pimpinan Tuhan berbeda dengan dengan saya. Mungkinkah hal itu adalah karena saya terlalu sulit mempercayai jalan Tuhan dalam hidup saya. Saya menjadi takut ketika saya memperhatikan, bahwa nampaknya tak seorangpun yang mengerti akan segala sesuatu yang terjadi dalam hidup saya.
Satu hari saya membawa masalah ini pada DR.Reid. Anak-anak dan saya pergi ke gerejanya setiap minggu dan kami telah menjadi sahabat baik. Beliau memberi sedikit komentar sambil tersenyum. Beliau mengetahui bahwa pengalaman-pengalaman saya tersebut adalah sedikit lain daripada yang lain! „Eileen, biarkanlah saya menjelaskannya padamu sebagai berikut: Saya yakin kamu punya pengalaman mistik dalam hal kasih Tuhan. Mistik adalah sebuah kata yang sangat membingungkan dan sering disalah gunakan saat ini, tetapi saya ingin kembali kepada arti kata mistik secara tradisional dan model tua. Mungkin saya akan dapat lebih mudah menjelaskannya padamu dengan demikian: Katakanlah bahwa seseorang dalan jemaat dipanggil Tuhan utuk satu pelayanan tertentu. Ketika saya berdoa Tuhan menginspirasikan khotbah saya untuk kebaktian pada hari minggu, dan pada saat saya berkhotbah Tuhan menjamah orang tersebut dengan kasihNya. Dengan bentuk hubungan yang erat seperti yang kamu alami dengan Tuhan, Tuhan akan memimpin kamu pergi ke orang tersebut dengan pesan tertentu!“
Pengertian DR.Reid sungguh adalah penghiburan yang besar bagi saya, tetapi ketika pada hari-hari berikutnya Tuhan menjelaskan kasihNya dan hidupNya pada saya, saya benar-benar membutuhkan bantuan. Sejak malam pertama saya mengenal Dia, kebanyakan hal saya hanya terima begitu saja dan tidak tahu bagaimana reaksi yang benar untuk semua itu. Saya merindukan untuk menerima janji-janjiNya, tetapi saya tak mampu. Hal ini menjadi sebuah dilema buat saya. Akhirnya suatu malam saya tak dapat lagi menahan semua itu. Saya bertelut sambil membiarkan airmata saya bercucuran dan mencurahkan segala isi hati saya padaNya. Pada malam itu Yesus berkata pada saya: bahwa segala sessuatu yang dinyatakanNya buat saya adalah atas kerinduan saya sendiri, sebab saya tidak dapat membohongi kasihNya pada saya! Tetapi saya tak mengerti bagaimana saya harus menerima semua itu! Saya terus berdoa minta pertolongan sampai akhirnya saya tertidur dalam kegelisahan!
Pagi hari berikutnya Ia membawa saya untuk membeli sebuah piringan hitam dari sebuah toko dekat rumah saya. Saya buru-buru kerumah dan dengan tidak sabar saya ingin segera mengetahui apa yang akan Tuhan tunjukkan. Ketika saya mendengar nyanyian dari piringan hitam tersebut, saya hampir tidak dapat menahankan kasihNya yang menyirami hati saya.Seolah-olah, Yesus secara pribadi telah membawa lagu itu ke rumah saya untuk menjawab kebutuhan saya akan Dia pada malam sebelumnya! Lagu yang pertama yang saya dengar ketika saya memasang piringan hitam itu ialah:
„Tadi malam saya bermimpi, bahwa saya mendengar suaraMu,
dan tentang yang Kau ucapkan tiada pilihan bagiku.
Kau berkata padaku, kami punya kekuatan,
Kau berkata padaku, inilah saatnya,
tetapi engkau tak tahu bagaimana,
jika seandainya saya dapat menyatakannya.
Saya begitu heran, lagu itu dimulai dengan kata-kata: Tadi mala saya bermimpi... dan persis pada malam sebelumnya saya berseru kepadaNya dalam kesesakan! Lagu itu terus berkumandang:
„Seperti seekor burung di atas sebuah gunung yang jauh,
seperti sebuah kapal di tengah samudra raya,
engkau terhilang di tangan yang telah menemukanmu.
Jangan takut, rencana kasih telah disiapkan.
oh, jangan takut.
Oh, tadi malam saya bermimpi, engkau memanggil nama saya.
engkau terjerat dalam rahasiamu, menyerukan nama saya.
Engkau berkata padaku, kunci hilang,
tetapi kau tak tahu bagaimana.
Oh biarkan saya tunjukkan padamu!
Jika waktu dan tempatnya tersedia , dalam kasih memulainya,
sekarang harus demikian. Biarkan hal itu demikian!
Seperti seekor burung di atas sebuah gunung yang jauh,
seperti sebuah kapal di tengah samudra raya,
engkau terhilang di tangan yang telah menemukanmu.
Jangan takut, rencana kasih telah disiapkan.
oh, jangan takut
Saya juga ingin membawakan teks lagu yang lain, siapa tahu seseorang membaca buku ini dan ingin merenungkannya, apakah dia dapat memulai persahabatan dan kasih dengan Yesus.Lagu ini akan dapat menjawabnya, sebab saya menyadari hal itu pada hari itu:
„Engkau tak perlu bertanya, apakah saya mau menjadi sahabatmu.
Saya adalah, saya.
Saya adalah sahabtmu, ingatlah akan hal itu.
Saya menyelusuri dunia yang terselubung,
ia mengambil jalan lari dan bersembunyi.
Ingatkah engkau?
Di dunia ini merantau dan menemukanmu.
Engkau tak perlu berselebung dibalik kata-kata, tentang apa yang kau pikirkan.
Jika seandainya engkau ingin memulai yang baru...
Saya adalah, saya.
Di penghujung perjalananmu, engkau akan menemukan sebuah jawaban.
Sahabatku, disana saya menunggumu.
Ingatlah akan daku!
Saya adalah satu-satunya yang telah mengenalmu.
Saya adalah satu-satunya yang menyebutmu sahabatku.
Jangan takut, ingatlah akan daku.
di dunia ini merantau dan menemukanmu.
Lagu berikutnya adalah lagu kesukaan saya. Dengan cara tersendiri, hal ini mengingatkan saya akan kesepian yang Yesus alami semasa pelayananNya di muka bumi ini. Sudah jelas Dia punya murid-murid dan teman-teman, tetapi tak seorangpun yang benar-benar dapat mengertiNya. Mereka terheran-heran dan olehNya mereka terharu dengan rasa hormat, mereka mengasihiNya dan tertawa bersama-sama denganNya, tetapi ketuhanan, kemuliaan dan kesatuanNya dengan Bapa memisahkan Dia dari orang banyak. Dan oleh kasihNya yang dalam Ia menderita. Saya ingin sekali menghiburkanNya.
Kapalku berlayar ditengah ombak samudra,
goncangan samudra dipenuhi dengan airmata.
akhirnya aku berlabuh padamu,
Sejak aku menemukanmu.
Oh, saya menyerahkan diri saya dengan sukarela buat kekasihku
Saya menyerahkannya dengan sungguh dan segalanya buat kekasihku
Bagaikan hidup berlalu, berhembus dengan lembut sebelumnya,
Dengan lemah kepalanya menunduk, lalu terdengarlah tangisannya yang halus.
Oh, saya menyerahkan diri saya dengan sukarela buat kekasihku
Saya menyerahkannya dengan sungguh dan segalanya buat kekasihku
Kata-kata yang kau ucapkan ketika kita sendirian,
walaupun kenyataan melebihi apa yang dapat diucapkan.
Namun aku hanya dapat berkata:Aku sangat mencintaimu
Mengalahkan segala penderitaanku.
Pancangkan layar dibawah matahari, rasakan kehangatan dan kenyamanan
Ceritakan mimpimu pada semua orang–mereka semuanya termasuk.
Masih ada lagu lain dalam piringan hitam itu yang sungguh mempunyai arti yang besar bagiku. sebagian mempersiapkan saya untuk menderita dan menghadapi kenyataan, bahwa penggenapan atas janji-janjiNya masih jauh di depan. Kata-kata dalam sebuah lagu berarti bagiku suatu perjalanan panjang ke negara-negara baru, walaupun bagi saya hal itu sulit dibayangkannya. Namun bagi saya, disana terletak arti yang paling besar adalah mengenal Dia sebagai sahabat dan pribadiNya. Mungkin ada banyak orang yang telah membeli Album lagu-lagu ini, namun tidak berbicara banyak tentangnya. Tetapi Tuhan memberkati lagu-lagu itu dengan kasihNya dan melaluinya Ia berbicara menyentuh hati saya. Lagu ini adalah satu bagian lagu yang aktual pada saat saya pertama kali berbalik kepadaNya.
Yang paling penting dari semuanya itu ialah, penjelasan atas kasih, bukan kasih manusia yang terbatas, melainkan kasih Tuhan, yang luarbiasa dan tidak terbatas itu. Saya merasa bahwa Tuhan harus mempersiapkan dan membentuk kita bagaikan cawan untuk kasihNya. Saya begitu merindukan hal itu!
Saya teringat akan nubuatan tentang buku ini, ketika saya mendengar lagu berikut ini. Saya merasa, bahwa buku ini harus tinggal tanpa kata-kata sampai saya mengenal kasih yang dikatakanNya.
„Bukankah kasih itu ajaib
sebuah kata yang kita ucapkan,
tanpa berpikir dan takut
membuat kita ragu
Setiap nafas yang kita hirup,
kita harus melakukannya dalam kasih
untuk mempererat satu dengan yang lain.
Kamu tahu, aku hendak menangis,
berharap untuk tinggal dihatimu,
bersatu dengan kasihmu.
Bukankah kasih itu ajaib,
bahwa dibalik sebuah lembaran.
Sebuah buku tanpa halaman,
jika kita menulisnya tanpa kasih.
membuangnya
hanya untuk kehilangan waktu satu hari,
dalam kehanyutan pasir waktu.–
Kamu tahu, aku hendak menangis,
berharap untuk tinggal dihatimu,
bersatu dengan kasihmu.
Sampai sekarang saya masih dapat membayangkan setiap malam yang saya alami pada musim panas itu. Setelah anak-anak berbaring ditempat tidur mereka, saya mendengar lagu-lagu yang dihadiahkan Tuhan buat saya. Dan pada suatu malam saya dapat merasakan kehadiranNya dan kasihNya yang begitu kuat tetapi lembut, sampai-sampai saya berpikir hati saya melonjak-lonjak kegirangan luarbiasa. Saya berpikir musim panas yang dipenuhi kasih itu akan berlangsung terus. Satu hari, Yesus berkata kepada saya bahwa hal itu terlalu pribadi untuk dituliskan. Yesus menunjukkan pada saya satu lagu kasih yang lain: Kidung Agung Salomo dalam Alkitab. Kemudian saya membaca seluruh kitab Kidung Agung dan buat saya Ia mengatakan dengan jelas bahwa Dialah sang kekasih itu. Kasih yang dilukiskan dalam sajak mengingatkan saya akan kasih yang Ia curahkan buat saya dari hari kehari.
Begitu banyak yang terjadi pada bulan-bulan yang mengembirakan itu! Seolah-olah Yesus merangkul saya dalam pelukannNya dan mencurahkan kasihNya buat saya.Bagi saya hal itu adalah sangat „normal“, sebab sejak saya mengenalNya hidup saya diwarnai oleh pengalaman-pengalaman indah itu!Semula hal itu sulit untuk dipercayai mengingat usia saya saat itu bahwa hal yang demikian dapat terjadi dalam hidup saya. Tetapi Tuhan menunjukkan sebuah buku pada saya: Two from Galilee“ dari Majorie Holmes. Ketika saya membaca riwayat kehidupan Maria dan Yosef secara dekat, saya melihat bahwa keduanya– dan semua yang lain, yang dipakai Tuhan adalah orang-orang sederhana dan biasa-biasa saja yang dipilih Tuhan! Hal ini menolong saya, semua pengalaman saya bahkan di zaman modern ini nampaknya bembawa irama.yang sama.
Pengalaman saya memang tidak lazim, tetapi beberapa hal yang saya harus terima sebagai hal diluar kebiasaan. Suatu hal diluar kebiasaan saya alami setelah saya melihat satu film Amerika di TV.dengan judul „Musa pemeberi Perintah.“ Penampilan yang sangat mengugah atas mujizat-mujizat diungkapkan secara realistis yang sekarang dianggap baru namun aktual. Setelah saya melihat bagian yang terakhir dari seri ini, saya mematikan TV dan pergi ke dapur. Saya merasa sangat dipengaruhi film tersebut.Tiba-tiba saya merasakan kehadiran Bapa menguasai saya. Sedemikian kuat dan nyata dan kasihNya tidak terukur, sehingga hati manusiawi saya tak mampu melukiskannya. Saya segerajatuh ke lantai, berseru pada Tuhan agar Ia segera pergi meninggalkan saya, sebab saya tahu bahwa saya tak akan mampu bertahan diperhadapkan dengan kasih yang begitu besar.
Beberapa detik kemudian hal itu berlalu. Perasaan dikuasai oleh kehadiran Allah telah berakhir. Tetapi penglaman singkat itu telah meninggalkan kesan yang kuat dalam hidup saya. Sampai detik itu atas kasihNya yang ditunjukkanNya padaku, selalu saya katakan: Oh Tuhan terimakasih atas kasihMU!Tetapi saya tak layak menerima semua itu! saya sangat merasa tak pantas untuk itu!“ Tetapi dalam perjumpaan dengan Tuhan yang hidup kali ini, saya mengerti, bahwa Dia hanya memberikan setetes dari kasihNya di dalam hati kita yang kecil ini, sebab tak seorangpun manusia yang dapat menampung dan bertahan menerima kasih Tuhan yang sempurna, yaitu diriNya sendiri! KasihNya yang besar yang melampai segala sesuatu sama sekali tak dapat kita tampung. Pada detik yang menakutkan itu, saya juga tahu bahwa saya sama sekali tidak layak jadi kekasihNya, namun ketidak layakan kita tidak menghalangiNya untuk mengasihi kita! Saya mengenal bahwa penyataan kasih Allah yang besar yang saya alami itu, entah bagaimana ada hubungannya dengan Musa dan kebebasan bangsa Jahudi, namun saya tidak tahu mengapa Tuhan memilih malam itu untuk menyatakan kemuliaanNya pada saya.
Beberapa minggu kemudian saya mengenal kasih Allah lebih dalam melalui anak saya. Pada satu hari musim panas yang cerah, anak saya Joey, Michael dan saya, kami melintasi kampung dengan mobil ketika tiba-tiba sinar matahari mengoyakkan kabut. Sering saya mengambil hal itu sebagai tanda kasih Yesus buat saya, tetapi selalu menunda untuk membicarakan hal itu dengan orang lain.Seolah-olah berlebihan bahwa Tuhan menyatakan kasihnya pada seseorang melalui cara yang begitu luarbiasa. Tiba-tiba Joey dengan amat sponatan berkata: Kalian lihat ngak sinar cahaya matahari sana! Dengan cara ini Tuhan berkata: Saya mengasimu, Mama.“ Ketika Joey mengatakan hal itu, Tuhan menggarisbawahinya dalam hati saya. Saat itu saya mengerti bahwa kitalah yang membatasi Tuhan. Sudah jelas Tuhan dapat menyatakan kasihNya pada kita dengan tiap cara yang Ia kehendaki. Kita hanya perlu membiarkan kita menerima itu dari Dia
Perhatian Joey memberkati saya juga dengan cara yang lain. Saya sangat menyukai bersama anak-anak yang terbuka kepada Tuhan. Mereka berlaku sama seperti orang dewasa–terbuka kepadaNya, penuh kepercayaan, tanpa pura-pura atau tipu muslihat! Anak-anak adalah selalu menjadi kebahagiaan saya. Dan jika saya melihat hubungan mereka dengan Tuhan, saya sering mendapat pelajaran lebih mudah melalui memperhatikan mereka daripada melalui penjelasan seorang theolog besar. (Saya juga memikirkan contoh kepercayaan anak-anak dibawah alam sadarnya, ketika seorang anak meloncat dari ketinggian ke tangan ayahnya, tanpa keraguan, bahwa ayahnya pasti akan menangkapnya, tanpa membiarkan ia jatuh terjerembab! Hubungan orang dewasa dengan BAPA sering sekali memalukan. Dari kebanyakan orang sama sekali tidak memberi perhatian pada masalah loncatan iman! Bukankah hal itu bodoh, sebab ayah manusiawi bisa berbuat kesalahan, tetapi Allah Kasih dan penyayang tidak akan pernah berbuat salah!)
„Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: „Siapakah
yang terbesar dalam Keraajaan Sorga?“ Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menmpatkannya di tengah-tengah
mereka lalu berkata: „Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat
dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan
Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri menjadi seperti anak kecil ini, dialah
yang terbesar dalam Kerajaan sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam namaKu ia menyambut
Aku...“
Mat.18:1-5
Setelah kelahiran Joey, saya melihat tugas saya sebagai ibu adalah penting, menarik dan memuaskan. Anak-anak mengagumkan saya atas kesegaran hidup mereka, mudah mengampuni, dan kegembiraan mereka dalam menemukan sesuatu yang baru. Saya mencintai tahun pertama pertumbuhan Joey dan Michael. Saya mencoba untuk mengerti mereka sebagai manusia dan ingin membiarkan perasaan, bahwa hidup adalah petualangan itu tetap bertahan. Saya yakin buat saya sudah cukup jika saya berbicara dengan diri sendiri daripada dengan mereka, tetapi bersama anak-anak disekitar saya jauh lebih berharga dari yang lain!
Berbelanja adalah contoh yang sangat praktis untuk itu. Saya tidak suka pergi belanja. Buat saya hal itu sangat membosankan. Oleh sebab itu saya membuat kebiasaan dengan anak-anak permainan di Supermarket untuk dimainkan, agar mereka menjadi sibuk dan saya dengan tenang bisa berbelanja. Permainan kesukaan saya hanya bisa dilakukan pada hari-hari kerja dimana supermarkt menjadi sunyi. Si kecil akan saya dudukkan di kereta belanja, dan jika kami menemukan gang yang kosong anatara dua rak maka sayapun akan mendorong kereta belanja itu sampai ke tengah-tengah gang dan mengakibatkan gemuruh seperti suatu balapan. Kamudian saya akan meluncur dengan kereta tersebut sampai ke ujung gang. Bertahun-tahun saya dapat dengan baik memperhatikan agar kereta itu dapat berhenti persis pada ujung gang dari mana saya membiarkannya meluncur tanpa seorangpun memperhatikan kami!
Tetapi kemudian saatnya tiba, dimana saya mendapat sial. Seperti biasa saya mendorong kereta belanja itu, tetapi ketika saya mulai meluncur, muncullah kesulitan, karena lantai baru saja di bor! Oleh sebab itu saya tidak tiba pada tujuan melainkan kami berputar di jalan sederetan pembeli yang kebingungan sampai kami terbentur pada sebuah rak yang besar! Pelayan supermarkt masih menyapa saya dengan senyum seminggu kemudian ,namun saya juga merasakan melihat rasa dongkol yang disembunyikan dibalik senyum tersebut.
Oleh karena saya sudah mulai, bolehkah saya menceritakan cerita sial saya di Supermarket. (Saya minta maaf pada pembaca saya yang cerewet.)
Adalah hal yang lumrah bahwa ditengah-tengah keramaian pembeli untuk tidak dapat meluncur dengan kereta belanja, tetapi sementara berbelanja saya menirukan suara motor. Hal ini sering membuat anak-anak tertawa dan mengalihkan perhatian mereka dari tawaran bombon-bombon yang sebenarnya tidak sehat untuk anak-anak. Suatu sore saya memusatkan perhatian saya pada catatan belanja saya, dan tanpa saya sadari saya memulai kebiasaan saya menirukan suara motor dengan kuat-kuat.
Kemudian saya memperhatikan bahwa semua pembeli lainnya memalingkan pandangan ke arah saya dengan rasa heran. Tiba-tiba saya menjadi sadar bahwa kali ini saya sendirian tanpa anak-anak, karena mereka pergi dengan ayahnya! Tidak heran kalau orang banyak melihat saya termangu-mangu – saya menirukan suara motor dengan kuat-kuat hanya untuk saya sendiri.
Hari yang lain saya pergi berbelanja dan Michael ikut.Saya tidak mendorong kereta dan juga tidak menirukan suara motor seperti biasa. Saya menggiring kereta belanja saya dan coba hitung-hitung apakah uang saya cukup untuk membeli es cream. (Dalam hal berhitung saya nol) Tiba-tiba seorang ibu dengan cemas berlari dibelakang saya sambil berteriak, „Stop! Stop! anda mengambil anak saya!“
Dengan heran saya mengamati, di kereta saya duduk seorang anak, ta pi bukan anak saya sendiri! Saya berbalik dan diujung gang itu kereta saya berdiri dengan Michael di dalamnya,. Ia memandangi saya dari kejauhan seolah-olah saya orang yang hilang akal.
Musim dingin nampaknya adalah saat yang paling sulit dalam keluaarga dibandingkan dengan saat lainnya. Jika cuaca jelek dan harus mengunci diri di rumah, ketegangan bisa cepat timbul. Saya menemukan jalan keluar untuk itu. Namun saya yakin bahwa dosen-dosen Ilmu Pendidikan saya akan jatuh pingsan akibatnya! Jika saya melihat bahwa suasana mulai tegang, saya mengusulkan „Jalan-jalan berteriak“ di luar. Kami pergi naik mobil dan kalau kami melihat sudah cukup jarak dari penduduk, maka kamipun mulai berteriak sekuat-kuatnya. Biasanya hal itu berakhir dengan tawa dan makan kue dan minum coklat hangat. Udarapun benar-benar menjadi baru!
Sejak hari pertama Yesus masuk dalam hati saya, saya tahu bahwa Tuhan setiap hari dengan cara baru dan tersendiri memimpin kita. Saya juga mencoba mempersiapkan kegembiraan buat anak-anak untuk hari berikutnya. Saya katakan pada mereka bahwa sampai jam 8 malam saya adalah ibu yang bergairah buat mereka, tetapi kemudian saya akan menjadi rewel. Maka setelah saya selesai membacakan cerita selamat malam buat mereka dan ditutup dengan doa tidur, sayapun menjanjikan pada mereka sebuah kejutan untuk esok harinya, jika mereka tenang sampai pagi. (Sebenarnya cara ini adalah sogokan, tetapi hal itu membuat mereka betah di tempat tidur dan setiap pagi ada sukacita. Saya sering menyelipkan kejutan dibawah bantal mereka atau saya membawa mereka jalan-jalan, menyiapkan makanan kesukaan mereka atau membeli sesuatu yang menyenagkan mereka. Bahkan jika saya tidak punya uang extra, kami coba melakukan sesuatu yang lucu, misalnya kami pergi ke gudang-gudang Mebel (dimana terdapat eskalator-eskalator yang lebih lebar) dan bermain-main naik turun tangga.
Satu hari saya memutuskan untuk memanjakan mereka di tengah malam. Saya menyiapkan meja makan dengan rapi. Diatasnya saya siapkan roti yang sudah diolesi dengan mentega dan berisi kesukaan mereka dan menghiasi permukaannya dengan wajah manusia. Untuk itu saya menggunakan kismis dan gula-gula kecil, selain itu saya juga menyediakan biskuit kesenangan mereka di atas meja. Lalu sayapun naik ke kamar mereka ingin menjemput mereka satu persatu, dengan demikian setiap orang punya waktu sedikit bersama saya sendirian. Pertama saya mendekati Joey. „Bangun Joey! Bangun! Saya ada kejutan buatmu!“ Saya merangkulnya dari tempat tidur dan membawanya turun tangga menuju ruang makan. Ketika kami tiba di dapur, saya jadi bingung karena ia masih dalam keadaan tidur! Dengan kesal saya membawanya kembali dan mencoba dengan Michael. Michael terbangun, tapi langsung menangis: „Jangan ganggu saya! Saya mau tidur! Saya mau tidur lagi! Itulah kejutan ditangah malam! Bendungan airmata kekecewaan memenuhi mata saya. sebab saya telah mempersiapkan semuanya dengan cermat dan penuh kasih. Saya pergi ke dapur, dengan kecewa saya memandang kejutan yang tak dilihat oleh Joey maupun Michael itu.
Tiba-tiba Tuhan menganugrahkan pengertian baru buat saya atas sebagian kecil dari penderitaannya sebagai bapa kita! Ia berkata pada saya untuk memikirkan tentang banyak ciptaanNya, yang Ia ciptakan, –dengan kasih demi kesukaanNya dan untuk menunjukkan kasihNya yang besar kepada kita. Tetapi kita lebih sering mengabaikannya. Pemandangan yang indah ketika matahari tenggelam, Alam yang memutih ketika salju mulai turun, berbagai warna dan jenis buah-buahan, bahkan kokok ayam untuk mengucapkan selamat di rembang pagi,– semuanya melambangkan kasih Allah yang tak terbatas. tetapi daripada merasa dicintai, kita lebih sering menjadi sibuk bersungut-sungut akibat naiknya harga pangan atau akibat tumpukan salju, walaupun kemegahan yang memutih itu membangkitkan rasa kagum. Saya menyadari bahwa kita menganggap banyak hal lumrah atau sama sekali tidak perduli, seperti anak-anak yang tidak benar-benar terjaga dari tidurnya.
„Pujilah TUHAN, hai jiwaku! TUHAN, Allahku, engkau sangat besar! Engkau yang
berpakaian keagungan dan semarak,...Engkau yang memberi minum gunung-gunungdari kama-kamar lotengMu, bumi kenyang
dari buah pekerjaanMu. Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan
manusia, yang mengeluarkan makanan dari dalam tanah dan anggur yang menyukakan hati manusia,yang membuat muka berseri karena
minyak, dan makanan yang menyegarkan hati manusia. Biarlah renunganku manis kedengaran kepadNya! Aku hendak bersukacita karena
TUHAN:“
Maz.104:1,13-15,34
Pada suatu sore dipenghujung musim panas Marcia dan saya duduk di taman mereka. Tiba-tiba Marcia berseru: „Baiklah!“ Ia meloncat ke sebuah rumpunan bunga Lila, memetik setangkai bunga dan meletakkannya dipangkuan saya. „Kini saya sudah melakukannya,“ sambil menggerutu pada diri sendiri. Saya memandangi bunga Lila yang dia letakkan dipangkuan saya tanpa diduga itu dengan heran,.
Tuhan berbicara pada saya, bahwa saya harus memetik bunga Lila itu buatmu dan terus-menerus memaksa saya. Maka akhirnya saya menaatiNya.– Tapi jangan tanya saya mengapa! Saya tidaktahu apa-apa sama sekali!“ Marcia menjelaskannya. Marcia adalah orang logika, maka ia tidak akan melakukan hal-hal yang dungu dan hal seperti ini baginya nampakya adalah bodoh! Tetapi melalui ketaatannya, saya mendapat satu pelajaran baru.
Saya mengamat-amati bungaLila itu. setiap cabang dipenuhi berlusin-lusin kuntum yang berbentuk indah dan lembut, mengingatkan saya akan hal yang dinubuatkan tentang saya–“Engkau akan menjadi sperti sekuntum bunga yang berkembang...“ Saya juga menjadi teringat akan kasih yang besar yang dicurahkan Yesus buat saya bulan-bulan yang lalu sejak nubuatan itu disampaikan pada saya. Lalu Tuhan menunjukkan kepada saya, bahwa sebenarnya saya hanyalah seperti salah satu dari bunga yang sangat kecil yang terdapat di tangkai bunga bunga Lila itu.– dan bahwa kasihNya untuk semua bunga yang lain adalah sama.
Dengan demikian saya semakin mengenal kasihNya. Dan sore itu saya mengeti bahwa Ia menggasihi tiap-tiap orang dengan kebaikan dan kesetiaanNya. Sejak saat itu saya dapat menceritakan kasih Yesus pada orang lain tanpa sedikit keraguan sedikitpun.
Sebuah pengajaran yang amat penting, namun sampai saat itu saya masih belum merasakan, bunga kasihnNya mulai berkembang di hati saya.
Sejak Juni, yaitu saat pertama kali saya mengenal DR.Reid, Anak-anak dan saya selalu pergi ke kebatian minggu yang dipimpin beliau demikian juga Marcia dan seluruh keluarganya. Khotbah-khotbah beliau sangat hidup, seolah-olah keluar langsung dari hati Tuhan. Oleh sebab itu setiap minggu pagi menjadi keharusan dan panggilan bagi kami untuk datang lebih dekat pada Yesus. Setelah beberapa minggu saya datang ke geeja itu, satu pagi DR.Reid meminta saya untuk memimpin kebaktian anak-anak. Membayangkan akan berbicara di depan umum, membuat saya sangat kecut, namun saya tahu bahwa permohonan DR.Reid tersebut adalah suatu kekhususan. Bagi saya hal itu adalah suatu tanda bahwa beliau mempercayakan tangan Tuhan dalam hidup saya. Maka sayapun menyetujui permohonan itu. Dan mingu berikutnya saya berbicara kepada anak-anak dan kepada jemaat mengenai iman yang sederhana kepada Tuhan. Jantung saya berdebar-debar dan saya pikir saya akan jatuh pingsan!
Ketika saya selesai berkhotbah dan kembali ke tempat duduk, saya berharap tidak harus berbicara di depan umum lagi!
Untuk pertengahan bulan september jemaat merencanakan sebuah camping akhir minggu, semua orang menantikannya dengan sukacita. Pada satu sore sehabis kebaktian, DR.Reid mengingatkan saya untuk membawa baju baptis saya ke camping itu. Oh, tidak! Baptisan saya tidak akan berlangsung pada akhir pekan itu!“ jerit saya, „Disana akan banyak orang!“ DR.Reid hanya tersenyum sambil mengulangi ucapannya, bahwa saya lebih baik membawanya dan kita akan melihat apa yang Tuhan rencanakan. Ketika Camping akhir pekan itu tiba, saya tahu dari Tuhan bahwa akhir pekan itu akan menjadi hari babtisan saya. Oleh sebab itu saya juga mengundang teman-teman untuk ikut, yaitu Karen dan Emery beserta ketujuh anak-anaknya. Waktu yang sangat melegakan, jika kami melewati waktu, bahwa Mempis (sejenis binatang berbau busuk) datang ke tenda saya mencari makan tengah malam! Sudah jelas saya harus menahan nafas sampai ia pergi!
Baptisan saya akan berlangsung pagi-pagi pada saat matahari terbit dan seorang penatua dengan terompet memengelilingi tenda-tenda untuk membangunkan kami. Tetapi sebenarnya sebelum terompet berbunyi semua sudah terbangun dan menunggu. Kami berjalan sedikit melalui hutan sampai kami menemui satu tempat yang indah dekat sebuah danau. Kemudian kami menyanikan sebuah lagu:
Pagi telah mulai seperti pagi yang pertama.
Burung pipit benyanyi, seperti burung lainnya.
Terpujilah yang bernyanyi,! Terpujilah pagi hari!
Terpujilah mereka yang berasal dari sabdaNya.
Mudah turunnya hujan, sinar matahari dari langit,
Bagaikan embun pagi hari diatas rerumputan.
Terpujilah kelembaban taman.
Kepenuhan ajaib, dimana kakiNya berpijak!
Bagaikan permulaan hidup yang baru, dimana hidup lama saya beserta dosa-dosanya dicuci bersih dan saya dicap dengan nama Yesus. Kebetulan hari itu adalah Tahun Baru orang Jahudi, „Rosch Haschanah“, satu hari raya dimana orang Jahudi bedoa dengan sungguh-sungguh merenungkan kembali satu tahun yang lalu dan memandang kedepan untuk tahun yang baru. Sangat mengherankan Tuhan memaksa saya untuk membicarakan hari raya ini bahwa mengucapkan bahasa Ibrani „Hineni“ (yang berati: Aku berada di sini“) sebelum saya masuk dalam air. Saya menjadi heran karena babtisan saya sama sekali tidak ada hubungannya dengan kenyataan bahwa saya berasal dari latarbelakang Jahudi! Tetapi saya taat, saya memberi kesaksian singkat dan bersama DR.Reid keluar dari danau, sementara ratusan orang berdiri menyaksikannya dipantai. Hati saya dipenuhi dengan sukacita, dan bagi kami semua hal itu adalah suatu pemandangan yang indah luarbiasa. Pagi itu kami semua merasakan kehadiran Tuhan.
Setelah babtisan kami memuji Tuhan dengan lagu pujian, sementara kami berjalan kembali ke perkemahan. Dua orang pria yang tidak ikut serta dengan kami telah menyiapkan segundukan Pan cake dan kopy menyambut kami.
Kemudaian sore harinya kami merayakan perjamuan kudus di tempat terbuka dengan pemandangan ke danau. Di sana kami melihat embun di langit dengan jelas berbentuk salib „dalam posisi dipikul.“ Ketika saya melihat itu, saya diingatkan akan nubuatan yang diberikan pada saya bulan Maret– „Dua salib akan menyertaimu dimana-mana...“Tuhan menjelaskan pada saya, bahwa pada hari baptisan saya, atas namaNya sebuah salib diletakkan dibahu saya– salib yang harus saya pikul sebagai pengikutnya, dan salib yang kedua adalah salib Yesus, yang harus terus menerus didepan mata saya, jika saya mengikuti jejak kakiNya.
„Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagiKu.“
Mat.10:38
„Lalu Yesus berkata kepada murid-muridNya: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut aku“Mat.16:24
Dari permulaan saya ditunjukkan bahwa dengan ukuran dunia jalan orang percaya adalah tidak mudah. Namun saya sangat bahagia karena pada hari itu saya tidak tahu tentang salib yang pada satu saat melingkupi hidup saya.